Akhir-akhir ini rakyat
Indonesia lebih banyak mengabiskan waktunya untuk nongkrong di POM bensi, ko
sekarang tempat nongkrong ada yang baru ya. Tidak siang panas-panasan maupun
malam berdingin-dinginan. Semua hanya punya satu tujuan yaitu ngantri untuk
mendapatkan jatah bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi premium.
Alasannya adalah
kekwatiran dari masyarakat akan habisnya stok BBM seperti yang diberitakan dihampir
seluruh stasiun tv yang mengatakan pemerintah akan membatasi stok BBM dan
menaikkan harganya.
Secara perhitungan dari
pemerintah bahwa dengan begitu tingginya animo masyarakat untuk mendapatkan BBM
maka akan meningkat pula penggunaan BBM bersubsidi dan berakibat pada
membekaknya subsidi terhadap BBM dan ini dinilai tidak begitu produktif dan
efisien.
Keinginan pemerintah
jelas bahwa dengan makin meningkatkan angka subsudi akan berdampak buruk bagi
APBN dan negara makin krisis dengan begitu banyaknya hutang. Sehingga langkah
terbaik buat pemerintah adalah dengan menaiki harga premium menjadi 8.500
rupiah perliter.
Lalu bagaimana dengan kesejahteraan
rakyat Indonesia, rakyat yang termasuk dalam kelas menengah kebawah dan bagi
usaha kecil menengah, dan bagi para petani dan terutama para nelayan yang
mobilitas aktifitas mereka selalu menggunakan BBM bersubsidi itupun masih
terlalu mahal bagi mereka, karena dengan begitu tinggi tingkat resiko
keselamatan dan berkurangnya tangkapan dan keuntungan yang didapat akan terasa
berat hidup ini dijalani.
Mana yang pemerintah
lihat apakah kerugian negara atau kesejahteraan rakyatnya, manakah yang lebih
penting akan semua ini?
Dimana posisi negara
saat ini apakah mendukung dan berpihak pada rakyat atau malah melawan dan
membuat rakyat lebih menderita?
Kita tunggu saja
keputusannya nanti tanggal 1 september langkah apa yang akan diambil oleh
PEMERINTAH.