Wednesday, November 5, 2014

TAHAP-TAHAP RESPONS SEXUAL



            Menurut Master Johnson, bila ada rangsangan sexual, maka berturut-turut terjadi tahap-tahap respon sexual sebagai berikut:
1.        Tahap ransangan: terjadi ereksi penis pad laki-laki serta lubrikasi vagina dan pembesar klitoris pad perempuan.
2.        Tahap plateau: bila ransangan yang efektif berlangsung terus, maka kebangkitan (arausal) menjadi lebih tinggi dalam waktu singkat. Pada laki-laki penis menjadi lebih keras, testi terangkat. Pad perempuan terjadi vasokonstruksi pad sepertiga luar dari vagina bersamaan dengan pengencangan mama, puting susu da uterus, serta kulit menjadi lembab, otot tegang, akhirnya klitoris tertarik ke dalam.
3.        Tahap orgasme: bila ransangan terus berlanjut, maka timbul orgasme, “mirip reflex bersin”, puncak kepuasan fisik dan emosional dalam aktivitas sexual. Terjadi pelepasan ketegangan otot secara cepat sertai eyakulasi sperma pada laki-laki dan kontraksi vagina pada perempuan. Pada kedua-duanya terjadi hiperventilasi dan tekanan darah yang meningkat. Pengalaman ini berlangsung hanya beberapa detik dan sangat menyenangkan, lebih bervariasi pada laki daripada perempuan.
4.        Tahap resolusi: berangsur-angsur kembali ke keadaan tubuh pra-ransangan, sering dengan banyak keringat dan rasa ngantuk, lamanya kira-kira sama dengan tahap rangsangan.
5.        Tahap refrakter: terjadi hanya  pada pria, yaitu tahap tidak dapat diransang sesudah orgasme. Lamanya bervariasi (mulai dari setengah jam sampai beberapa hari), dan makin lanjut umur makin lama. Sebaliknya perempuan tidak mengalami tahap refrakter dan dapat mengalami orgasme multipel.
Ransangan efektif dapat datang dari berbagai sumber, termasuk pikiran, fantasi, perabaan (khususnya daerah sensitef erotogenik), visual (mungkin lebih penting bagi laki-laki daripada perempuan) dan pembauan. Perbedaan individu bervariasi besar dan sangat dipengarui oleh belajar.
Kenikmatan sexual dapat terjadi akibat banyak aktivitas  lain selaian dari hubungan sexual yang menurut kebanyakkan orang harus mencapai orgasme. Sebenarnya, bila orgasme dipandang sebagai “prestasi” yang harus dicapai dan diperhitungkan, serta dipandang sebagai pekerjaan atau tugas, maka sex akan kehilangan kesenangan dan kegembiraan. Namun bagi sebagian besar orang, orgasme merupakan tujuan akhir sexual, tapi banyak perempuan hal ini lebih merupakan impian dibandingkan laki-laki, biarpun mereka dapat mencapai orgasme ganda bila dirangsang secara adekuat. Pada laki-laki kemampuan frekuensi orgasme paling tinggi terdapat paada umur sekitar 18 tahun dan sesudah berangsur-angsur menurun, pada perempuan kepekaan sexual meningkat sampai permulaan umur 30an dan stabil terus, bila keadaan memungkinkan. Kedua jenis kelamin dapat mengalami orgasme tanpa keterikatan emosional terhadap partner, ataupun dengan cara impersonal, namun pengalaman yang paling menyenangkan dan membahagiakan adalah dalam relasi yang mesra, setia, penuh kasih dan saling memberikan. Saraf simpatikus yang diaktifkan dalam keadaan bahaya dan anxietas, menghambat ereksi dan mempercepat eyakulasi pada laki-laki. Saraf ini menghambat perangsangan pada perempuan. Jelas bahwa stres mempunyai pengaruh tidak baik pada sex.


Referensi tinggalkan email.

Tuesday, November 4, 2014

SEXUALITAS MANUSIA



Pengantar 

            Kalau kita mendengar kata “sex” biasanya teringat akan kelamin, jenis kelamin atau hubungan sex. Sexualitas artinya lebih luas, yaitu bagaiman seorang laki-laki atau perempuan berperilaku sebagai laki-laki atau perempuan. Termasuk juga bagaimana mereka berelasi dengan satu sama lain dan bagaimana mereka saling memegang tangan, merangkul, laki-laki membuka pintu buat perempuan dan mendahulukannya. Sexualitas juga adalah bagaimana perempuan memandang pada laki-laki, memegang pundaknya dan menyandarkan kepala padanya, bagaiman mereka berdua saling mengungkapkan perasaan-perasaan, sampai denga hubungan sexual relasi suami istri di luar kamar tidur memengaruhi relasi mereka di dalam kamar.
            Semua orang mempunyai sexualitas, baik yang sudah menikah maupun yang belum. Dalam hal ini, sexualitas dalam arti kata yang luas, bukan hubungan sex saja, tetapi bagaimana kita laki-laki atau perempuan berperikalu terhadap orang dengan jenis kelamin lain. Bagaiaman diungkapkannya tergantung pada gaya kepribadian orang dan perilaku sexualnya yang dipengaruhi adat istiadat dan kebudayaan serta umur dan kedudukan. Kita harus tahu mengenai hal ini dalam pelayanan kesehatan agar pasien tidak merasa dipermalukan atau kita sendiri merasa terhambat dan kaku bila pembicaraan timbul mengenai hal sex. Alfred Kinsey (1948) yang pertama mengorek kebiasan-kebiasan sexual dalam masyarakat di USA melalui wawancara dengan 18.000 orang Amerika. Hasilnya ditulisdalam sebuah buku yang menghebohkan (pada waktu itu mengenai hal sex di Amerika masih banyak yang belum diketahui). Mata orang terbuka tentang hal sex di masyarakat, tetapi ada kritik juga yang dilemparkan kepada Kinsey, bahwa pendekatannya terlalu biologis, yang nyata pada judul bukunya: ”Sexual Behavior of the Human Male” dan buku kedua: ”Sexual Behavior of the Female”. Ia menunjukkan bahwa perilaku dan sikap sexual bervariasi sesuai dengan umur, sex, kelas sosial, tingkat pendidikan dan sebagainya.
            Kemudian keluarlah Masters dan Johnson (1966 dan 1970) dnegna penelitian di laboratorium mengenai proses-proses fisiologis yang terjadi sewaktu hubungan sex dan korelasi emosionalnya. Banyak fakta yang diungkapkan sehingga kita dapat meninggalkan mitos-mitos dan anggapan-anggapan keliru lain mengenai hal itu.

Sumber silahkan tinggalkan email.

Standar Pelayanan Kesehatan

STANDARISASI

Standarisasi merupakan sarana penunjang yang sangat penting artinya sebagai salah satu alat yang efektif dan efisien guna menggerakkan kegiatan organisasi, dalam meningkatkan produktivitas dan menjamin mutu produk atau jasa, sehingga dapat meningkatkan daya saing, melindungi konsumen, tenaga kerja dan masyarakat baik keselamatan maupun kesehatannya.

Dalam peraturan pemerintah nomor 15 tahun 1991 disebutkan beberapa hal tentang standarisasi sebagai berikut:
Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar yang ditetapkan oleh instansi teknis setelah mendapat persetujuan dari Dewan Standar Nasional.
Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan, disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat kesehatan, keselamatan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.
Standarisasi adalah proses merumuskan, merevisi, menetapkan dan menerapkan standar dilaksanakan secara tertib dan kerja sama semua pihak.
Instansi teknis adalah Departemen atau Lembaga Pemerintah yang melakukan kegiatan standarisasi.
Penerapan Standar adalah kegiatan menggunakan Standar Nasional Indonesia sebagaimana ditetapkan oleh instansi teknis.
Revisi adalah kegiatan menyempurnakan standar sesuai dengan kebutuhan.
Akreditasi adalah pengakuan formal kepada unit/institusi untuk melakukan kegiatan standarisasi tertentu.
Spesifikasi adalah proses yang berkaitan dengan pemberian sertifikasi.
Sertifikasi adalah dokumen yang mengatakan bahwa suatu produk atau jasa sesuai dengan persyaratan standar atau  spesifikasi teknis tertentu.
Tanda Standar Nasional adalah tanda sertifikasi yang merupakan suatu tanda pada produk dan atau sertifikasi jasa yang menyatakan bahwa produk dan atau jasa tersebut memenuhi persyaratan standar atau spesifikasi teknisi tertentu.

TUJUAN STANDAR NASIONAL
 Standar Nasional Indonesia bertujuan:
  1. Memberikan perlindungan kepada konsumen, tenaga kerja, dan masyarakat baik dalam keselamatan maupun kesehatan.
  2. Mewujudkan jaminan mutu dengan memperhatikan sektor-sektor yang terkait.
  3. Meningkatkan daya guna, hasil guna dan produktivitas dalam mencapai mutu produk dan atau jasa yang memenuhi standar.
  4. Mewujudkan tercapainya persaingan yang sehat dalam perdagangan.
  5. Menunjang kelestarian lingkungan hidup.
 PELAKSANAAN STANDARISASI
Pelaksanaan pengendalian mutu (Quality Control) melalui pelaksanan standarisasi tersebut dalam tiap-tiap bagian rumah sakit dan organisasi pelayanan kesehatan lainnya diperlukan untuk meningkatkan mutu produk dan jasa pelayanan guna memenuhi kebutuhan kepuasan pelanggan internal dan eksternal. Untuk menjamin agar mutu dan kebutuhan pelanggan telah diintegrasikan ke dalam produk dan atau pelayana, beberapa jenis standar ditetapkan dan diukur.
Oleh karena itu standar adalah esensi yang mendasar dalam pengendalian mutu dan sangat dihargai dalam dunia industri produk atau jasa pelayanan.
Standarisasi dilaksanakan dengan membuat berbagai macam standar dengan cara yang sistematik dan menggunakan standar secara efektif. 
Dapat berupa peraturan dan ketetapan tertulis, flow chart, produser tertulis, format untuk mencatat proses, hasil dan sebagainya.


Membutuhkan sumbernya silahkan tinggalkan email Anda.


Tuesday, September 2, 2014

Indonesia???

Salam Bersaudara....

Artikel yang saya tulis kemarin berusaha mencoba menuliskan bagiaman pemerintah melihat apa yang terjadi pada masyarakat tentang dampak dari kenaikan BBM, masyarakat belum siap dan belum mampu menghadapi kenyataan yang terjadi dan pemerintah tidak tangkap dan cerdas dalam memberikan informasi pada masyarakat secara langsung.

Sekarang sudah tanggal 2 septermber, sesuai dengan rencana pemerintah awalnya akan merencanakan menaikkan BBM pada tanggal 1 september dan akhirnya rencana itu tidak terrealisasi bersyukurlah...

Pemerintah seharusnya tidak perlu untuk menaikkkan harga BBM dengan alasan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, masih begitu banyak cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk bisa membuat rakyatnya sejahtera.

Kita masih begitu banyak kekayaan alam yang belum maksimal kita garap dengan baik bahkan kita masih cenderung membiarkannya dan akhirnya negari asinglah yang menggarap dan mendapatkan keuntungan begitu banyak.

Ambil contoh yang sederhana tentang pengolahan kita, Indonesia masih ketinggalan jauh dengan negeri tetangga yang nelayanan mereka memilik peralatan tanggap kita yang canggih berbeda dengan nelayan yang ada di Indonesia jauh berbeda sangat jauh..

Tidak percaya silahkan lihat dan pergilah kedaerah pesisir seperti yang ada di Pulau Sulawesi.

Pemerintah bangunlah dan cuci mukalah kalian dengan darah dan tangis rakyatmu yang menjerit kelaparan dan kesakitan...

Rebutlah kembali pondasi-pondasi ekonomi kita tambang, hutan dan laut yang telah diambil oleh negari asing...

Wednesday, August 27, 2014

KERUGIAN NEGARA DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT



Akhir-akhir ini rakyat Indonesia lebih banyak mengabiskan waktunya untuk nongkrong di POM bensi, ko sekarang tempat nongkrong ada yang baru ya. Tidak siang panas-panasan maupun malam berdingin-dinginan. Semua hanya punya satu tujuan yaitu ngantri untuk mendapatkan jatah bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi premium.
Alasannya adalah kekwatiran dari masyarakat akan habisnya stok BBM seperti yang diberitakan dihampir seluruh stasiun tv yang mengatakan pemerintah akan membatasi stok BBM dan menaikkan harganya.
Secara perhitungan dari pemerintah bahwa dengan begitu tingginya animo masyarakat untuk mendapatkan BBM maka akan meningkat pula penggunaan BBM bersubsidi dan berakibat pada membekaknya subsidi terhadap BBM dan ini dinilai tidak begitu produktif dan efisien.
Keinginan pemerintah jelas bahwa dengan makin meningkatkan angka subsudi akan berdampak buruk bagi APBN dan negara makin krisis dengan begitu banyaknya hutang. Sehingga langkah terbaik buat pemerintah adalah dengan menaiki harga premium menjadi 8.500 rupiah perliter.
Lalu bagaimana dengan kesejahteraan rakyat Indonesia, rakyat yang termasuk dalam kelas menengah kebawah dan bagi usaha kecil menengah, dan bagi para petani dan terutama para nelayan yang mobilitas aktifitas mereka selalu menggunakan BBM bersubsidi itupun masih terlalu mahal bagi mereka, karena dengan begitu tinggi tingkat resiko keselamatan dan berkurangnya tangkapan dan keuntungan yang didapat akan terasa berat hidup ini dijalani.
Mana yang pemerintah lihat apakah kerugian negara atau kesejahteraan rakyatnya, manakah yang lebih penting akan semua ini?
Dimana posisi negara saat ini apakah mendukung dan berpihak pada rakyat atau malah melawan dan membuat rakyat lebih menderita?
Kita tunggu saja keputusannya nanti tanggal 1 september langkah apa yang akan diambil oleh PEMERINTAH.

Tuesday, April 29, 2014

Pendidikan Anak dalam Islam

Pendidikan Anak dalam Islam

Muqadimah

Sebagai sebuah sistem nilai yang sempuna, Islam mempunyai sebuah paradigma dalam menilai kesuksesan, yang khas dan tidak bisa dipahami kecuali dengan kelengkapan pemahaman dari sub-sistem nilai Islam yang lain, yaitu misalnya dari Aqidah Islamiyah.
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan” (Q.S. 3 : 185).
Dari ayat di atas, dapat kita tarik pemahaman bahwa:
Hal yang dimaksud dengan “sukses” dalam paradigma Al-Qur’an adalah dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga.
Kehidupan dunia hanyalah suatu keadaan fana (sementara), sedangkan penyempurnaan pahala hanya terjadi di akhirat.
Paradigma Islam tentang sukses tidak terlepas dari masalah keimanan pada hari akhir (kiamat).

Tahapan Pendidikan Anak

Pendidikan anak dalam Islam, sebagaimana dikatakan Imam Ali bin Abi Thalib as, dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu :
  • Tahap BERMAIN (la-ibuhum = ajaklah mereka bermain), dari mulai lahir s.d. umur tujuh tahun.
  • Tahap PENANAMAN ADAB & DISIPLIN (addibuhum = ajarilah mereka adab), dari usia 7 hingga 14 tahun.
  • Tahap PERSAHABATAN (roofiquhum = jadikanlah mereka sahabat), mulai 14 tahun ke atas.
Ketiga tahapan pendidikan di atas, masing-masing memiliki karakteristik pendekatan yang berbeda, sesuai dengan perkembangan kepribadian dan akal anak yang sehat.
Ketika usia di bawah tujuh tahun, anak masih sarat dengan dominasi dorongan untuk bermain. Setelah usia tujuh tahun, anak sudah dapat diajarkan disiplin. Sedangkan pada usia baligh (kematangan seksual yang ditandai dengan haid pada perempuan atau mimpi basah pada laki-laki), anak sudah dapat diajak berdiskusi dan bersahabat seolah “semitra” dengan orang tua. Pada masa ini diharapkan perkembangan kepribadian dan akal anak sudah cukup matang untuk dapat mempunyai sikap dan pendapat sendiri sehingga patutlah jika mulai dilibatkan dalam musyawarah.
Jika ingin dielaborasi lebih jauh, dapat kita sebutkan bahwa tahap 1 adalah Tahap Persiapan / Pengantar, tahap 2 adalah Tahap Penanaman Nilai-nilai Baku, dan tahap 3 adalah Tahap Pemantapan Nilai.

Metode Pendidikan Islami

Metode pendidikan dalam Islam secara garis besar terdiri dari lima macam, yaitu :
  • Keteladanan.
  • Pembiasaan.
  • Nasihat / Pengarahan.
  • Mekanisme kontrol / Pengawasan.
  • Rewards and Punishment.
Perlu diperhatikan bahwa dalam menerapkannya tidak boleh meninggalkan satupun dari kelima metode di atas, meskipun porsinya berbeda-beda.
Kandungan dari Pendidikan Islami setidaknya ada tujuh hal, yaitu :
  • Aqidah / Keimanan.
  • Akhlaq.
  • Fikroh / Pemikiran.
  • Fisik.
  • Sosial.
  • Kejiwaan / Kepribadian.
  • Seksual.

Tujuan Pendidikan Islami

Tujuan Pendidikan Islami dapat dirinci menjadi 10 poin, yaitu :
  • Selamat aqidahnya.
  • Benar ibadahnya.
  • Karim (baik) akhlaqnya.
  • Mampu berpenghasilan / menghidupi diri dan keluarga.
  • Jernih fikrohnya (pemahamannya).
  • Kuat jasmaninya.
  • Mampu melawan hawa nafsu pribadi.
  • Teratur urusannya.
  • Mampu menjaga waktu.
  • Berguna bagi orang lain.
Pendidikan anak dalam Islam pada dasarnya harus menghasilkan pribadi-pribadi muslim yang tangguh, kuat, cerdas dan bertaqwa.

Hubungan Ilmu dan Amal

Dalam sebuah ayat al-Quran dikatakan, “Dan janganlah engkau turut apa-apa yang engkau tidak ada ilmu padanya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan ditanya,” (QS. Al-Isra:36). Ayat al-Quran tersebut menjelaskan bahwa ilmu merupakan dasar dari segala tindakan manusia. Karena tanpa ilmu segala tindakan manusia menjadi tidak terarah, tidak benar dan tidak bertujuan.
Kata ilmu berasal dari kata kerja ‘alima, yang berarti memperoleh hakikat ilmu, mengetahui, dan yakin. Ilmu, yang dalam bentuk jamaknya adalah ‘ulum, artinya ialah memahami sesuatu dengan hakikatnya, dan itu berarti keyakinan dan pengetahuan. Jadi ilmu merupakan aspek teoritis dari pengetahuan. Dengan pengetahuan inilah manusia melakukan perbuatan amalnya. Jika manusia mempunyai ilmu tapi miskin amalnya maka ilmu tersebut menjadi sia-sia.
Dalam beberapa riwayat  di jelaskan tentang hubungan ilmu dan amal itu. Imam Ali as berkata, “Ilmu adalah pemimpin amal, dan amal adalah pengikutnya.” Demikian juga dengan perkataan Rasulullah saw  , “Barangsiapa beramal tanpa ilmu maka apa yang dirusaknya jauh lebih banyak dibandingkan yang diperbaikinya.” Pada riwayat lain dijelakan Imam Ali as berkata, “Ilmu diiringi dengan perbuatan. Barangsiapa berilmu maka dia harus berbuat. Ilmu memanggil perbuatan. Jika dia menjawabnya maka ilmu tetap bersamanya, namun jika tidak maka ilmu pergi darinya.”
Dari riwayat di atas maka jika orang itu berilmu maka ia harus diiringi dengan amal. Amal ini akan mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu, begitu juga dengan ilmu akan mempunyai nilai atau makna jika diiringi dengan amal. Keduanya tidak dapat dipisahkan dalam perilaku manusia. Sebuah perpaduan yang saling melengkapi dalam kehidupan manusia, yaitu setelah berilmu lalu beramal.
Pengertian amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal saleh, atau setiap perbuatan kebajikan yang diridhai oleh Allah SWT. Dengan demikian, amal dalam Islam tidak hanya terbatas pada ibadah, sebagaimana ilmu dalam Islam tidak hanya terbatas pada ilmu fikih dan hukum-hukum agama. Ilmu dalam dalam ini mencakup semua yang bermanfaat bagi manusia seperti meliputi ilmu agama, ilmu alam, ilmu sosial dan lain-lain. Ilmu-ilmu ini jika dikembangkan dengan benar dan baik maka memberikan dampak yang positif bagi peradaban manusia. Misalnya pengembangan sains akan memberikan kemudahan dalam lapangan praktis manusia. Demikian juga pengembangan ilmu-ilmu sosial akan memberikan solusi untuk pemecahan masalah-masalah di masyarakat.
Jadi mengiringi ilmu dengan amal merupakan keharusan. Dalam pandangan Khalil al-Musawi dalam buku Bagaimana Menjadi Orang Bijaksana, hubungan ilmu dengan amal dapat difokuskan pada dua hal:
Pertama, ilmu adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal bisa lurus dan berkembang bila didasari ilmu. Berbuat tanpa didasari pengetahuan tidak ubahnya dengan berjalan bukan di jalan yang benar, tidak mendekatkan kepada tujuan melainkan menjauhkan.  Dalam semua aspek kegiatan manusia harus disertai dengan ilmu, baik itu yang berupa  amal ibadah maupun amal perbuatan lainnya.
Dalam ibadah harus disertai dengan ilmu. Jika ada orang yang melakukan ibadah tanpa didasari ilmu tidak ubahnya dengan orang yang mendirikan bangunan di tengah malam dan kemudian menghancurkannya di siang hari. Begitu juga, hal ini pun berlaku pada amal perbuatan yang lain, dalam berbagai bidang. Memimpin sebuah negara, misalnya, harus dengan ilmu. Negara yang dipimpin oleh orang bodoh akan dilanda kekacauan dan kehancuran.
Kedua, sesungguhnya ilmu dan amal saling beriringan. Barangsiapa berilmu maka dia harus berbuat, baik itu ilmu yang berhubungan dengan masalah ibadah maupun ilmu-ilmu yang lain. Tidak ada faedahnya ilmu yang tidak diamalkan. Amal merupakan buah dari ilmu, jika ada orang yang mempunyai ilmu tapi tidak beramal maka seperti pohon yang tidak menghasilkan manfaat bagi penanamnya.
Begitu pula, tidak ada manfaatnya ilmu fikih yang dimiliki seorang fakih jika dia tidak mengubahnya menjadi perbuatan. Begitu juga, tidak ada faedahnya teori-teori atau penemuan-penemuan yang ditemukan seorang ilmuwan jika tidak diubah menjadi perbuatan nyata. Karena wujud dari pengetahuan itu adalah amal dan karya nyatanya.
Ilmu tanpa diiringi dengan amal maka hanya berupa konsep-konsep saja. Ilmu yang tidak dilanjutkan dengan perbuatan, mungkin kita dapat menyebutnya sebagai pengetahuan teoritis. Namun, apa faedahnya ilmu teoritis jika kita tidak menerjemahkannya ke dalam ilmu praktis, dan kemudian meneruskannya menjadi perbuatan yang mendatangkan hasil?
Jika ilmu tidak diimplementasikan maka akan memberikan dampak yang negatif. Salah-satu penyakit sosial yang paling berbahaya yang melanda berbagai umat – termasuk umat Islam – adalah penyakit pemutusan ilmu-khususnya ilmu-ilmu agama –dari amal perbuatan, dan berubahnya ilmu menjadi sekumpulan teori belaka yang jauh dari kenyataan dan penerapan. Padahal, kaedah Islam menekankan bahwa ilmu senantiasa menyeru kepada amal perbuatan. Keduanya tidak ubahnya sebagai dua benda yang senantiasa bersama dan tidak terpisah satu sama lain. Jika amal memenuhi seruan ilmu maka umat menjadi baik dan berkembang. Namun jika tidak, maka ilmu akan meninggalkan amal perbuatan, dan dia akan tetap tinggal tanpa memberikan faedah apa pun. Jika demikian nilai apa yang dimiliki seorang manusia yang mempunyai segudang teori dan pengetahuan namun tidak mempraktikkannya dalam dunia nyata.
Pertalian ilmu dengan amal tidak hanya dituntut dari para pelajar agama dan para ahli yang mendalami suatu ilmu, melainkan juga dituntut dari setiap orang, baik yang memiliki ilmu sedikit ataupun banyak. Namun, tentunya orang-orang yang berilmu memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam hal ini, karena mereka memiliki kemampuan yang lebih. Allah SWT berfirman di dalam surat Ash-Shaff, ayat (2-3), “Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. Sungguh besar murka Allah kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”
Jika kita memperhatikan ayat-ayat al-Quran, niscaya kita akan menemukan bahwa al-Quran senantiasa menggandengkan ilmu dengan amal. Makna ilmu diungkapkan dalam bentuk kata iman pada banyak tempat, dengan pengertian bahwa iman adalah ilmu atau keyakinan. Di antaranya ialah :“Demi waktu Asar, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan saling menasihati dalam kebenaran dan kebajikan.” (QS. Al-‘Ashr:1-3). Dalam ayat  lain dikatakan,  “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal.” (QS. Al-Kahfi : 107). Demikian juga dengan ayat, “Orang-orang yang beriman  dan beramal saleh, bagi mereka kebahagian dan tempat kembali yang baik.” (QS. Ar-Ra’d :29)
Ayat-ayat tersebut menjelaskan tentang betapa ilmu dan amal shaleh memiliki kaitan yang erat yang tidak dapat dilepaskan satu sama lain. Karena keduanya bagai dua keping mata uang, yang saling memberi arti. Inilah yang sejalan dengan ucapan Imam Ali as, “Iman dan amal adalah dua saudara yang senantiasa beriringan dan dua sahabat yang tidak berpisah. Allah tidak akan menerima salah satu dari keduanya kecuali disertai sahabatnya.”
Dengan perspektif keterpaduan ilmu dan amal, maka akan memberikan perkembangan kearah perbaikan dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat akan berlomba-lomba dalam memberikan amal shaleh satu sama lain. Imam Ali as berkata, “Jangan sampai ilmumu menjadi kebodohan dan keyakinanmu menjadi keraguan. Jika engkau berilmu maka beramalah, dan jika engkau yakin maka majulah.” Dengan ilmu yang benar, serta amal  shaleh maka masyarakat bergerak dari kebodohan menuju kepintaran, dari ketertinggalan menuju kemajuan dan dari  kehancuran menuju kebangkitan.