Saturday, April 27, 2013

Tujuan Berfilsafat


Mungkin kita sering bertanya, apa gunanya filsafat dengan kehidupan sehari-hari ? Betul, secara langsung filsafat tidak memberikan efek apapun, tapi secara tidak langsung ia memberikan efek. Dalam pengertian, filsafat adalah batin dari pemikiran anda, ia dibelakang layar, ia membimbing anda bagaimana melihat sesuatu. Tugas filsafat hanya membedakan mana yang nyata dan mana yang bukan nyata. Karena masyarakat terkadang menganggap yang tidak nyata menjadi sesuatu yang nyata atau sebaliknya, Ini karena sejak awal kita tidak dapat membedakan mana yang hakiki atau nyata dan mana yang tidak hakiki. 

Kalau kita ke bank, bank hanya tahu uang masuk, uang keluar, dll. Tapi memang disitulah tugas bank. Tapi kalau ia ditangan filsuf, ia bertanya uang itu apa? Apakah uang itu nominalnya, kertasnya, atau yang ada di ATM? Jadi seperti inlah kerja filsuf. Sebagian mengatakan bahwa filsuf itu akrab dengan pembahasan-pembahasan yang abstrak. Ia membahas yang tidak nyata, abstrak, membingungkan, dan seterusnya. 


Namun mesti diingat, filsafat membahas sesuatu yang sangat fundamental dibalik segala realitas, bahkan dibalik pemikiran anda, bukan membahas sesuatu yang tiada. Karena itu Plato mengatakan kalau anda tidak cinta filsafat, anda akan susah untuk memahaminya. Karena Syarat filsafat adalah cinta. Karena secara material tidak kita saksikan secara langsung. Sehingga jika anda memang tidak menyukai filsafat, jangan sekali-kali anda masuk filsafat, lebih baik anda tinggalkan, karena itu hanya membuang-buang waktu anda. Filsafat memang beda dengan fakultas lain. Karena dalam filsafat, anda diminta untuk berfilsafat dan merasakan derita pengetahuan.

Sumber : Facebook: Mulla Shadra Society

Friday, April 12, 2013

Rahbar: Akal Manusia Tak Mampu Mengenal Kepribadian Fatimah AS dengan Sebenarnya


Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei hari ini (12/5) dalam pertemuan dengan sejumlah penyair dan pelantun puisi Ahlul Bait (as) menyebut penamaan hari kelahiran Sy Fathimah Zahra (as), putri tercinta Nabi Saw, dengan nama Hari Perempuan dan Hari Ibu sebagai penamaan yang mengandung banyak pelajaran penting yang abadi khususnya bagi kaum perempuan di masyarakat Muslim. Penamaan ini mendorong kaum perempuan untuk menghias diri dengan ketaqwaan, kesusilaan, ilmu, keberanian, keteguhan, pendidikan anak secara benar, kepedulian terhadap keluarga dan untuk meneladani Sy. Fathimah Zahra (as).
Beliau menyatakan bahwa pikiran dan kata-kata manusia tak akan pernah mampu mengungkap seluruh keutamaan, kemuliaan, dan keagungan putri Nabi Saw ini.
"Manusia secara umum tak akan pernah mempu mencapai ketinggian kata-kata dan perilaku kehidupan wanita agung ini dan para Imam suci Ahlul Bait (as). Berbeda dengan model keteladanan yang dikenal di tengah dunia materialis, para Imam suci (as) menunjukkan kepada manusia jalan kehidupan yang sebenarnya. Mereka sendiri berada di puncak semua kemuliaan dan menyeru umat manusia untuk mengikuti jejak mereka," kata beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei mengajak semua orang terutama kaum wanita untuk melangkah di jalan kemuliaan maknawi yang telah ditunjukkan oleh para Imam suci Ahlul Bait (as). Beliau juga menyinggung perjalanan sejarah kaum wanita Iran dan keterlibatan mereka di berbagai medan revolusi Islam, sejak masa revolusi konstitusi sampai kemenangan revolusi Islam dan Perang Pertahanan Suci.
"Partisipasi ini menunjukkan bahwa kaum perempuan bisa aktif berperan dengan tetap menjaga jilbab yang sempurna. Dengan gagah berani kaum perempuan melaksanakan apa yang sudah menjadi tugas mereka. Contoh paling nyata adalah peran ibu para syuhada yang mulia," imbuh beliau.
Seraya mengingatkan akan kerja keras musuh untuk memanfaatkan titik-titik lemah yang ada, Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan, "Manusia selalu berada dalam ancaman bahaya. Karena itu, kita harus selalu mawas diri dan memperhatikan semua perilaku kita. Kita harus sadar bahwa sebagian perilaku menonjolkan diri, ketidaktaqwaan, ketidakpedulian akan jilbab dan kesusilaan akan menimbulkan akibat destruktif yang dampaknya akan melekat pada perilaku etika dan politik masyarakat. Dalam kaitan ini, kaum perempuan harus lebih bisa menjaga diri."
Jilbab, menurut Rahbar, menunjukkan kepribadian perempuan dan faktor yang memberinya kehormatan dan wibawa. Beliau menambahkan, "Kesusilaan perempuan memberinya kebanggaan, keagungan nilai, dan kehormatan di tengah masyarakat. Karena itu perempuan harus berterima kasih kepada Islam yang sangat peduli dengan jilbab."
Di bagian lain pembicaraannya, Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebutkan salah satu nikmat teragung yang diberikan Allah karena telah mengenalkan kita akan Ahlul Bait (as).
"Memuji Ahlul Bait (as) lewat syair atau ungkapan berbentuk prosa adalah satu nikmat lain yang dianugerahkan Allah. Untuk itu para pelantun syair harus menyadari keagungan nikmat ini," tandas beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan bahwa keutamaan Ahlul Bait (as) harus terus dikenalkan kepada masyarakat sebagai teladan yang agung. Langkah ini akan membuahkan hasil di tengah masyarakat jika dilakukan dengan niat yang tulus dan untuk Allah. Karena itu, pelantun syair pujian untuk Ahlul Bait harus pandai melihat keutamaan apa saja yang bisa membawa pendengarnya kepada hidayah dan kekhusyukan di hadapan Allah Swt. Dengan cara itu dia bisa menyeru masyarakat untuk meneladani Ahlul Bait (as).
Rahbar menambahkan, mengkombinasikan berbagai seni akan menimbulkan kesan yang berlipat ganda. Karena itu diperlukan pemikiran dan latihan.
Di awal pertemuan, sejumlah penyair dan pelantun syair pujian membacakan bait-bait puisi yang mengenalkan keagungan pribadi Fathimah Zahra (as), putri Nabi Saw. Sebagian membawakan bait-bait pujian untuk Imam Khomeini yang tanggal kelahirannya bertepatan dengan hari kelahiran Az-Zahra (as).

Jasa Ahmad Soekarno



Negara-negara Gerakan Non-blok (GNB) pernah dipandang sebagai kutub kekuatan yang disegani dan berperan aktif di kancah internasional. Sayangnya, kini reputasi GNB semakin memudar. Pencetus gerakan ini tiga atau empat orang saja dan yang paling berjasa adalah Presiden Republik Indonesia yang pertama, Ahmad Soekarno.
Ada baiknya jika saya ceritakan kenangan saya di sini. Tahun 1353 Hijri Syamsi (1974 Masehi), saya ditempatkan di sel bersama satu atau dua orang lainnya. Sel tersebut hanya seluas 2,20 meter dan lebar 1,80 meter. Suatu malam, di saat saya mengerjakan shalat Maghrib, sel kami ketambahan satu penghuni baru. Tahanan tersebut adalah seorang komunis yang ekstrim. Ketika melihat saya sedang menunaikan shalat, ia memahami bahwa saya seorang dari kelompok agamis. Sejak itu, ia menjauh dari saya. Meski berulangkali saya mencoba untuk mendekatinya, namun ia selalu menghindar.
Ketika saya memahami sikapnya tersebut, saya menyampaikan satu ungkapan yang membuatnya berubah total. Saya katakan, Ahmad Soekarno di Konferensi Bandung, Indonesia, mengatakan, "Yang mengumpulkan kita di tempat ini bukanlah kesamaan ideologi ataupun ras, namun yang mengumpulkan kita di tempat ini adalah persamaan kebutuhan yang kita miliki."
Kemudian saya katakan bahwa antara saya dan Anda saat ini ada kesamaan kebutuhan. Kita sama-sama berada dalam satu sel, penjaga di luar sel mengamati gerak-gerik kita. Algojo menunggu Anda dan saya untuk disiksa dan diinterogasi. Saya menambahkan, ideologi kita berbeda, namun kebutuhan kita sama. Saya menegaskan, di saat persamaan kebutuhan di pentas dunia mempunyai dampak yang besar, maka di penjara sekecil ini pengaruhnya harus lebih besar. Setelah itu, kami dapat menjalin persahabatan. Sebenarnya Ahmad Soekarnolah yang berjasa menjadikan kami sahabat. Saat ini demikian. Negara-negara Islam memiliki kebutuhan yang sama. Mereka menjadi sasaran dan keserakahan musuh, padahal mereka memiliki fasilitas dan saran yang sangat besar.

Jasa Ahmad Soekarno
Description: Cetak


23/07/2008
Negara-negara Gerakan Non-blok (GNB) pernah dipandang sebagai kutub kekuatan yang disegani dan berperan aktif di kancah internasional. Sayangnya, kini reputasi GNB semakin memudar. Pencetus gerakan ini tiga atau empat orang saja dan yang paling berjasa adalah Presiden Republik Indonesia yang pertama, Ahmad Soekarno.
Ada baiknya jika saya ceritakan kenangan saya di sini. Tahun 1353 Hijri Syamsi (1974 Masehi), saya ditempatkan di sel bersama satu atau dua orang lainnya. Sel tersebut hanya seluas 2,20 meter dan lebar 1,80 meter. Suatu malam, di saat saya mengerjakan shalat Maghrib, sel kami ketambahan satu penghuni baru. Tahanan tersebut adalah seorang komunis yang ekstrim. Ketika melihat saya sedang menunaikan shalat, ia memahami bahwa saya seorang dari kelompok agamis. Sejak itu, ia menjauh dari saya. Meski berulangkali saya mencoba untuk mendekatinya, namun ia selalu menghindar.
Ketika saya memahami sikapnya tersebut, saya menyampaikan satu ungkapan yang membuatnya berubah total. Saya katakan, Ahmad Soekarno di Konferensi Bandung, Indonesia, mengatakan, "Yang mengumpulkan kita di tempat ini bukanlah kesamaan ideologi ataupun ras, namun yang mengumpulkan kita di tempat ini adalah persamaan kebutuhan yang kita miliki."
Kemudian saya katakan bahwa antara saya dan Anda saat ini ada kesamaan kebutuhan. Kita sama-sama berada dalam satu sel, penjaga di luar sel mengamati gerak-gerik kita. Algojo menunggu Anda dan saya untuk disiksa dan diinterogasi. Saya menambahkan, ideologi kita berbeda, namun kebutuhan kita sama. Saya menegaskan, di saat persamaan kebutuhan di pentas dunia mempunyai dampak yang besar, maka di penjara sekecil ini pengaruhnya harus lebih besar. Setelah itu, kami dapat menjalin persahabatan. Sebenarnya Ahmad Soekarnolah yang berjasa menjadikan kami sahabat. Saat ini demikian. Negara-negara Islam memiliki kebutuhan yang sama. Mereka menjadi sasaran dan keserakahan musuh, padahal mereka memiliki fasilitas dan saran yang sangat besar.