Monday, January 2, 2012

EPISTEMOLOGI ISLAM

EPISTEMOLOGI ISLAM

                Dalam pembahasan lanjutan epistemologi Islam terbagi delapan bagian, tapi disini hanya akan dijelaskan lima bagian awal saja yang sebelumnya telah diberikan pembahasannya oleh Ust. A M Safwan Pengasuh Pesantren Mahasiswa Madrasah Muthahhari, RausyanFikr Jogja. Kelima bagian itu adalah kemungkinan pengetahuan dan pentingnya pengetahuan, alat dan sumber pengetahuan, tahapan pengetahuan, penyamarataan pengetahuan, dan epistemologi tanda. Disini saya hanya membahas sejauh apa yang sudah saya pahami, jadi harap maklum kalau ada banyak kesalahan.
1.     Kemungkinan dan Pentingnya Pengetahuan
Kemungkinan dan pentingnya pengetahuan merupakan pembahasan awal dari lanjutan epistemologi yang dimana disitu terdapat pertanyaan-pertanyaan mungkinkah manusia mempunyai pengetahuan?, mungkinkah kita mengetahui dan memahami  alam ini?, mungkinkah kita memahami hakikat manusia?,mungkinkah kita memahami hakikat wujud ini?.
Dalam Filsafat Islam kita bisa mengetahui semua pengetahuan diatas tadi. Tapi ada juga orang yang menolak bahwa manusia bisa mempunyai pengetahuan. Mereka menolak karena manusia tidak lebih punya dua mata, satu hidung sebagai indera yang bisa mencapai semua pengetahuan tentang pertanyaan diatas tadi dengan hanya mengandalkan indera dan rasio saja dimana kedua-duanya sangat mungkin bisa melakukan kesalahan. Dan ada orang bisa membuktikan seratus kesalahan dari indera.
Akan tetapi Filsafat Islam membantah pernyatan diatas, mereka mengatakan bahwa indera dapat melakukan kekeliruan dengan dalil penglihatan bisa saja keliru, contohnya suatu kali saya melihat seakan-akan ada orang yang saya lihat dari jauh adalah teman saya, lalu saya mengatakan bukan ini adalah kekeliruan, orang itu bukan teman saya. apakah dalam hal ini saya mengetahui bahwa itu kekeliruan, apakah dalam hal ini saya mengetahui dan yakin bahwa itu adalah kekeliruan, ataukah saya hanya menduga bahwa itu adalah kekeliruan? Jawabannya tidak, saya mengetahui bahwa itu adalah kekeliruan.
Jika demikian maka saya sendiri telah menemukan kekeliruan ini dengan perantara sebuah keyakinan. Oleh karena itu pada sebagian manusia memiliki potensi kekeliruan dan pada sisi yang lain memiliki potensi kebenaran. Lalu dengan menggunakan epistemologi yang benar kita bisa memperbaiki epistemologi yang salah dari sini lah muncul ilmu logika.
Ilmu Logika adalah sebuah ilmu yang merupakan asas pengetahuan. Yang berkaitan dengan mungkin tidaknya manusia memperoleh pengetahuan. Jadi kita tidak bisa mengeneralisasi permasalahan yang ada dengan langsung menerima begitu saja argumen seseorang dengan membenarkan atau menyalahkan tanpa terlebih dahulu mencari informasi sebanyak-banyak tentang argumen orang itu. Contohnya kita diberi tau bahwa ada sebuah kota besar yaitu Atlantis yang hilang dan letaknya ada di Indonesia dan kita tidak bisa membenarkan atau menyalahkan sebuah informasi tentang kota tersebut ada atau tidak ada tanpa ada bukti dan fakta yang falit tentang informasi tersebut.
Pentingnya sebuah pengetahuan untuk mengetahui siapa diri kita, dengan mengenal diri kita sendiri bisa mengenal Tuhan, karena pengetahuan tentang Tuhan itu yang lebih penting tentang semua pengetahuan. Al-Qur’an secara tegas mengajak anak keturunan Adam as pada pengetahuan. Dalam Al-Qur’an terdapat berbagai perintah dan anjuran untuk memperhatikan, melihat, dan merenungkan.
Salah satu ayat (tanda) dalam Al-Qur’an,  Katakanlah: “Perhatikan apa yang ada di langit dan di bumi?” (QS. Yunus: 101)
Perhatikanlah apa yang ada di berbagai langit dan di berbagai belahan bumi (tidak pada bumi saja), perhatikanlah apa yang ada di seluruh alam ini! Ketahuilah apa yang ada di seluruh penjuru alam ini! Dengan demikian Al-Qur’an mengajak manusia pada pengetahuan. Baginya tidak ada lagi pembicaraan mengenai kemungkinan memperoleh pengetahuan, yakni (menurut pandangannya) kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan adalah pasti.

2.     Alat dan Sumber Pengetahuan
Secara pengetahuan umum orang membutuhkan indera untuk menangkap apa yang ada di alam, peran indera sangat vital untuk seseorang dalam memahami pengetahuan. Karena sangat pentingnya indera seorang Filsuf terkenal Aristoteles mengatakan bahwa barang siapa kehilangan satu indera, maka ia kehilangan satu ilmu. Kita contohkan seseorang yang telah buta sejak lahir dia tidak akan mengetahui tentang semua warna biarpun kita akan menjelaskan dengan berbagai cara dan menggunakan alat bantu apapun tetap dia tidak bisa mendapatkan pengetahuan konsep warna itu yang sesungguhnya.
Akan tetapi sehebat apapun peran Indera tapi indera tidak bisa melakukan penilaian, yang bisa melakukan penilaian adalah rasio (akal) ini merupakan alat pengetahuan yang sangat luar biasa. Rasio bisa mengkonsepsikan menangkap apa yang dilihat oleh indera, mengimajinasikan, rasio bisa membuat apa saja yang diinginkan dengan cara mengimajinasikan contoh kita bisa ingat dengan pasti rumah kita yang di kampung dari tempatnya, letaknya sampai jalan-jalannya dengan begitu jelas dan cepat untuk sampai di rumah kita dengan hitungan detik saja, menyimpan, rasio bisa menyimpan semua yang pernah dilalui atau di lihat oleh indera saya bisa mengingat kejadian waktu masih sekolah di TK dan lain-lain akan tetapi rasio tidak bisa menyimpan tanpa ada hubugan dengan alam dan indera, dan menilai (tashdiq) apa yang ditangkap dirasio sesuai dengan fakta di alam.
   Rasio tidak bisa berdiri sendiri dia membutuhkan indera untuk mempersepsikan alam indera dibutuhkan sebagai informasi.
 
Sumber pengetahuan
Alam semesta merupakan salah satu sumber pengetahuan. Yang dimaksud dengan alam adalah alam materi, alam ruang dan waktu, alam gerakan, alam yang kini kita hidup di dalamnya, dan kita memiliki hubungan dengan alam ini dengan menggunakan berbagai indera kita. Amat sedikit aliran yang menolak alam sebagai sumber pengetahuan. Namun ada juga yang tidak mengakui alam sebagai sumber pengetahuan. Plato tidak mengakui alam sebagai sumber pengetahuan, alasannya kerena hubungan manusia dengan alam dengan perantara indera, dan sifatnya particular, karena ia meyakini bahwa pertikular tak termasuk hakikat. Pada dasarnya dia hanya mengakui rasio sebagai sumber pengetahuan, dengan menggunakan sebuah metode argumentasi, Plato menamakan metode tersebut dengan “dialektika”. Tapi dalam filsafat islam kita mengakui alam sebagai sumber pengetahuan.
Selain alam sebagai sumber pengetahuan filsafat islam juga mengakui rasio sebagai sumber pengetahuan. Sumber dari rasio adalah rasio itu sendiri atau disebut rasio dua, karena rasio bisa menyimpan dan menyusun yaitu dengan imajinasi. Contohnya sepatu terbang di faktanya kita tidak menemukan seperti itu yang ada sepatu dan terbang ada pada burung. Proses rasio satu ke rasio dua terjadi pelepasan (tajrid).

3.     Tahapan Pengetahuan




Ada yang mengatakan bahwa tahapan pengetahuan itu hanya satu saja yaitu tahapan indera karena pengabstraksian yang ada pada rasio tidak sempurna dan tidak berperan apa-apa pada terhadap alam. Karena rasio hanya mengambil apa yang telah dipersepsi oleh indera dialam. Dan alam yang langsung berhubungan dengan indera.
Ada juga yang mengatakan tahapan pengetahuan hanya pada rasio saja, karena ia mengangap inderawi itu tidak memiliki suatu nilai apapun dalam memberikan suatu pengetahuan. Indera tidak mengetahui apa yang ada diluar yang jauh, indera hanya mengetahui sebatas yang dekat dan tanpak di inderawi.
Sedangkan pada filsafat Islam tahapan pengetahuan ada dua tahap yaitu tahapan inderawi dan tahapan rasio. Tahapan inderawi melihat apa yang ada di alam sebagai sumbernya. Ciri-ciri Indera ada beberapa pertama semua pengetahuan sifatnya partikular yaitu satu per satu, bagian perbagian. Sebagai contoh, seorang anak yang mengenal berbagai individu: ayah, ibu, kaka dan mengenali rumahnya, semua itu tergambar dan terbayang dalam bentuk partikular, tetapi ia tidak memiliki suatu pemahaman universal tentang rumah, tidak terdapat warna dalam artian yang universal.
Ciri-ciri kedua pengetahuan inderawi adalah pengetahuan lahiriah, tidak dalam, hanya menyaksikan segala yang bersifat lahiriah (material), mata melihat berbagi warna dan dimensi, telinga mendengar berbagai suara, tetapi tidak secara mendalam, sehingga sampai mampu mengetahui esensi (mahiyah) segala benda itu, dan juga mengetahui hubungan batiniah antara berbagai benda itu.
Ciri-ciri ketiga pengetahuan inderawi ialah bahwa pengetahuan inderawi itu bersifat sementara. Yakni berhubungan dengan waktu sekarang, bukan dengan lampau atau akan datang. Karena dengan indera itu manusia hanya mampu merasakan segala sesuatu yang ada pada saat sekarang ini.
Ciri-ciri keempat pengetahuan inderawi ialah jenis pengetahuan yang berhubungan dengan suatu kawasan (lingkungan) tertentu. Yakni terbatas pada suatu kawasan  tertentu. Manusia atau binatang yang hidup dalam suatu kawasan, maka hanya merasakan apa-apa yang ada di kawasan dan daerah itu dia tidak akan tau bagaimana rasanya hidup di tempat lain.
Nah bagaimana dengan tahapan rasio, kita akan masuk dalam tahapan rasio dimana rasio merupakan tahapan atau persepsi yang bisa melakukan pelepasan imajinasi dari rasio satu ke rasio dua dengan rasio itu sendiri sebagai sumber pengetahuan. Dengan imajinasi kita bisa mengembangkan, menambah, mengingat masa lampu, dan masa depan tanpa mendengar atau melihat secara langsung, akan tetapi untuk mengingat, menambah diperlukan informasi yang di ambil dari alam karena tidak bisa kita mengetahui sesuatu tanpa melalui alam.
Kita contohkan gunung mas di alam kita tidak akan menemukan sebuah gunung mas yang nyata akan tetapi hanya ada dalam pikiran kita, kita bisa mengimajinasikan gunung mas dengan mengambil mas dan gunung di alam (dunia) yang sudah pasti berbeda kemudian kita satukan di rasio (akal) inilah kekuatan rasio.

4.     Penyamarataan Pengetahuan
Setelah selesai dengan tahapan pengetahuan kita sampai pada Penyamaratan Pengetahuan. Konsep penyamaratan pengetahuan hanya terjadi pada rasio karena apa-apa yang dipersepsi oleh indera tidak bisa dijadikan kesimpulan umum, pengertian tentang penyamarataan ingin menemukan pengertian yang umum yang memungkinkan kita melakukan perluasan.
Segala apa-apa bisa disama ratakan dirasio dengan mengembangkan, menganalisis objek yang ada di fakta ini disamakan pada posisi yang satu. Satu disini kesatuan satu wujud sebagai keberadaan, contoh lain ada kucing, ada kambing, ada kelinci, ada harimau, dan lain-lain di sama ratakan sebagai hewan.  Rasio yang mampu melakukan  penyamaratan dan mengambil kesimpulan umum, mengalami perluasan. Rasio satu dan rasio dua  merupakan upaya-upaya untuk menyamaratakan  karena alam hanya untuk mengambil data saja. Penyamaratan pengetahuan merupakan penyimpulan semua tahapan epistemologi.

.    5. Epistemologi Tanda
    Pembahasan ke lima Epistemologi Tanda dapat di pahami jika telah kita lalu epistemologi penyamarataan, yang mana alam yang menjadi objek dan telah melalui proses penyamaratan itu kemudian menjadi tanda buat kita untuk mempelajari mengingat Tuhan.                            
Dari alam di tangkap oleh rasio satu lalu di teruskan ke rasio di sini merupakan proses penyamarataan terjadi melihat segalanya satu esensi setelah mengalami penyamarataan di kembalikan lagi ke alam, tapi bukan lagi sebagai alam yang pertama melihatnya alam disini sudah berubah atau kita sebut alam dua ini yang di jadikan tanda. Tanda disini seperti sebuah pengetahuan kita melihat relepansi antara apa yang dipikirkan dan realitasnya. Pentingnya epistemologi tanda untuk menarik hal-hal yang ada pada ide kita untuk dimasukan di alam untuk mencari kesempurnaan. Sesuatu objek yang didapat di alam dan kemudian mengikat kita untuk menjadikan objek tersebut sebagai tanda dan juga objek yang telah tersimpan pada rasio dua yang telah mempunyai nilai, yang mana mempunyai acuan difakta yang kemudian objek itu menjadi epistemologi tanda.
Demikian pembahasan kita nanti kita tambahkan setelah selesai secara keseluruhan semua pembahasan dan akan ada revisi untuk memberikan informasi pengetahuan  yang lebih baik... 
Pesan saya, kita diciptakan Akal oleh Tuhan yang merupakan sumber dan alat untuk kesempurnaan manusia, maka gunakan akalmu...

No comments:

Post a Comment