Friday, March 22, 2013

Keindahan Manusia dengan Akal



Diriwatkan dalam sebuah hadist bahwa “akal” perempuan terletak pada pada kecantikannya dan ketampanan pria terletak pada “akal-nya”.
Penyebutan kata “akal” dalam hadist ini maksudnya adalah akal teoritis, bukan akal praktis yang dapat mengantarkan seseorang menyembah Tuhan dan memperoleh surga-Nya. Jika dikatakan bahwa “akal” perempuan terletak pada kecantikannya dan ketampanan pria terletak pada “akal”-nya, tidak berarti pula bahwa akal perempuan harus berada dalam kecantikannya sementara ketampanan pria harus berada dalam akalnya. Namun demikian, keindahan setiap orang pasti berada dalam akalnya.
Kita juga dapat melihat apa yang bisa kita baca dalam doa al-Sahr yang diajarkan untuk memohon kepada Allah guna meraih anugerah keindahan akal. Diantaranya, doa tersebut berbunyi,
“Ya Allah, ya Tuhanku, aku mohon pada-Mu dengan keindahan-Mu yang paling indah, dan seluruh keindahan-Mu adalah indah. Ya Allah, ya Tuhanku, aku mohon pada-Mu dengan seluruh keindahan-Mu.
Dengan demikian, jelas bahwa hakikat keindahan pria dan perempuan terlelak pada “akal”-nya yang dapat membuat mereka menyembah Allah dan memperoleh surga-Nya, yakni lawan dari safih, sementara “akal” yang disebut di atas berkaitan dengan akal teoritis.


Di ambil dari buku : Keagungan dan Keindahan Perempaun Ayatullah Jawadi Amuli

Monday, March 11, 2013


Apa itu menderita dan apa itu bahagia???

Apa yang begitu bisa membuat kita menderita dan apa yang begitu membuat kita bahagia???
Pertanyaan selalu muncul dalam diri kita dan untuk menjawabnya ada pula pada diri kita sendiri.
Yang menjadi rumit adalah mendefinisikan karena tiap orang selalu mempunyai definisi masing-masing.
Menurut saya menderita adalah ketika kita ada pertanyaan dalam diri kita dan kita tidak mampu untuk menjawabnya. Sedangkan bahagia adalah ketika semua pertanyaan yang kita ajukan mendapatkan jawabnya.
Definisi yang sangat sederhana tapi menurutku sudah menjawab semuanya tentang arti menderita dan bahagia...

Tuesday, March 5, 2013

Ayatullah Murtadha Muthahhari (Tanda-Tanda Perkembangan Intelektual)


Tanda-tanda Perkembangan
Intelektual

Setelah seorang anak melewati tahap menyusui serta kekuatan otaknya dan kemampuan-kemampuan penglihatan telah berkembang, kemudian ia mulai mangajukan pertanyaan-pertanyaan tentang hal-hal di sekitarnya dan kita harus siap menjawab pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan tingkat pemahamannya. Kita harus mengatakan kepadanya, “jangan berisik” atau “apaan sih kamu”? atau perkataan-perkataan serupa dengannya. Anak yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan merupakan pertanda bahwa otaknya sedang berkembang dan bahwa ia sedang berpikir. Pertanyaan-pertanyaan ini juga menunjukkan bahwa kekuatan-kekuatan spritualnya telah berkembang dan telah memiliki tempat kokoh di dalam dirinya. Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan pertanda penciptaan. Penciptaan memberitahukan orang lain bahwa ia selalu membutuhkan sesuatu yang baru di dalam dirinya dan karenanya, orang-orang yang berada di sekitar anak itu harus memberinya apa yang ia minta.
Hal serupa dapat dikatakan bagi masyarakat. Jika dalam masyarakat, suatu perasaan atau pemahaman baru dimunculkan, maka ini juga merupakan pertanda perkembangan dan kemajuan masyakarat tersebut. Ini juga merupakan pertanda bahwa elemen-elemen di dalam masyarakat tersebut memiliki kebutuhan baru yang harus dipenuhi. Jenis hal-hal ini harus ditunjukkan sebagai hal-hal yang berbeda dari hasrat-hasrat rendah (hawa nafsu) dan kebutuhan memuja diri dan karenanya kita tidak seharusnya menganggap bahwa pertanyaan-pertanyaan ini bagaimana pun juga merupakan bentuk mengikuti hasrat-hasrat rendah. Dengan demikian, ketika hal-hal ini terjadi kita harus segera mencamkan ayat Al-Quran berikut:

Dan jika mengikuti mayoritas manusia di bumi maka mereka pasti akan menyesatkanmu dari jalan Allah”. QS al-An’am (6):116

Di samping itu, kita membaca:

“Dan jika engkau mengikuti hasrat-hasrat rendah mereka daripada haqq (kebenaran), maka sungguh langit dan bumi akan menjadi binasa”. Qs al-Mu’minun (23):71

Di ambil dari Buku Saku Bimbingan Untuk Generasi Muda. Ayatullah Murtadha Muthahhari