Sebagai sebuah sistem nilai yang sempuna, Islam mempunyai sebuah paradigma dalam menilai kesuksesan, yang khas dan tidak bisa dipahami kecuali dengan kelengkapan pemahaman dari sub-sistem nilai Islam yang lain, yaitu misalnya dari Aqidah Islamiyah.
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan” (Q.S. 3 : 185).
Dari ayat di atas, dapat kita tarik pemahaman bahwa:
Hal yang dimaksud dengan “sukses” dalam paradigma Al-Qur’an adalah dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga.
Kehidupan dunia hanyalah suatu keadaan fana (sementara), sedangkan penyempurnaan pahala hanya terjadi di akhirat.
Paradigma Islam tentang sukses tidak terlepas dari masalah keimanan pada hari akhir (kiamat).

Tahapan Pendidikan Anak

Pendidikan anak dalam Islam, sebagaimana dikatakan Imam Ali bin Abi Thalib as, dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu :
  • Tahap BERMAIN (la-ibuhum = ajaklah mereka bermain), dari mulai lahir s.d. umur tujuh tahun.
  • Tahap PENANAMAN ADAB & DISIPLIN (addibuhum = ajarilah mereka adab), dari usia 7 hingga 14 tahun.
  • Tahap PERSAHABATAN (roofiquhum = jadikanlah mereka sahabat), mulai 14 tahun ke atas.
Ketiga tahapan pendidikan di atas, masing-masing memiliki karakteristik pendekatan yang berbeda, sesuai dengan perkembangan kepribadian dan akal anak yang sehat.
Ketika usia di bawah tujuh tahun, anak masih sarat dengan dominasi dorongan untuk bermain. Setelah usia tujuh tahun, anak sudah dapat diajarkan disiplin. Sedangkan pada usia baligh (kematangan seksual yang ditandai dengan haid pada perempuan atau mimpi basah pada laki-laki), anak sudah dapat diajak berdiskusi dan bersahabat seolah “semitra” dengan orang tua. Pada masa ini diharapkan perkembangan kepribadian dan akal anak sudah cukup matang untuk dapat mempunyai sikap dan pendapat sendiri sehingga patutlah jika mulai dilibatkan dalam musyawarah.
Jika ingin dielaborasi lebih jauh, dapat kita sebutkan bahwa tahap 1 adalah Tahap Persiapan / Pengantar, tahap 2 adalah Tahap Penanaman Nilai-nilai Baku, dan tahap 3 adalah Tahap Pemantapan Nilai.

Metode Pendidikan Islami

Metode pendidikan dalam Islam secara garis besar terdiri dari lima macam, yaitu :
  • Keteladanan.
  • Pembiasaan.
  • Nasihat / Pengarahan.
  • Mekanisme kontrol / Pengawasan.
  • Rewards and Punishment.
Perlu diperhatikan bahwa dalam menerapkannya tidak boleh meninggalkan satupun dari kelima metode di atas, meskipun porsinya berbeda-beda.
Kandungan dari Pendidikan Islami setidaknya ada tujuh hal, yaitu :
  • Aqidah / Keimanan.
  • Akhlaq.
  • Fikroh / Pemikiran.
  • Fisik.
  • Sosial.
  • Kejiwaan / Kepribadian.
  • Seksual.

Tujuan Pendidikan Islami

Tujuan Pendidikan Islami dapat dirinci menjadi 10 poin, yaitu :
  • Selamat aqidahnya.
  • Benar ibadahnya.
  • Karim (baik) akhlaqnya.
  • Mampu berpenghasilan / menghidupi diri dan keluarga.
  • Jernih fikrohnya (pemahamannya).
  • Kuat jasmaninya.
  • Mampu melawan hawa nafsu pribadi.
  • Teratur urusannya.
  • Mampu menjaga waktu.
  • Berguna bagi orang lain.
Pendidikan anak dalam Islam pada dasarnya harus menghasilkan pribadi-pribadi muslim yang tangguh, kuat, cerdas dan bertaqwa.