Monday, March 26, 2012


Definisi dan Konsep Pemasaran

Aktivitas kehidupan kita sehari-hari selalu berhubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan pemasaran. Dimulai dari bangun tidur, berbagaimacam produk, jasa, informasi kita dengar, lihat ataupun baca. Barang yang ada dikamar kitapun banyak sekali yang berkaitan dengan pemasaran, sabun mandi, pasta gigi, majalah, Koran, dapur, kamar mandi dan garasi.
Sebagai contoh bahwa kita hidup sudah bergantung dengan pemasaran. Pada saat kita bangun tidur oleh bunyi alaram di HP Nokia atau Blackbery, pergi cuci muka menggunakan ponds, sebelum mandi menyalakan televisi nonton berita sambil minum kopi kapal api atau teh sariwangi, puas menikmatinya pergi mandi menggunakan sabun citra dan sikat gigi Oral-B pasta giginya  Pepsodent. Tidak lupa, Anda menggunakan shampoo Clear untuk keramas rambut. Setelah mandi Anda menggunakan kaos Polo dan jeans Nevada, menggunakan parfum AXE, Anda siap berangkat dengan menggunakan motor Yamaha Jupiter. Batapa banyak proses yang kita lalui sehari-hari dengan ragam bentuk pemasaran.
Muncul pertanyan apa pemasaran itu? Kita bisa lihat definisi dari beberapa pakar tentang pemasaran.
1.       Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukuran produk dan nilai satu sama lain. (Kotler, 2000)
2.       Pemasaran adalah fungsi organisasi dan serangkaian proses menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyampaikan nilai bagi para pelanggan, serta mengelola relasi pelanggan sedemikan rupa sehingga memberikan manfaat bagi organisasi dan para stakeholder-nya. (American Marketing Association, 2004)
3.       Pemasaran adalah serangkai aktifitas yang dilakukan perusahaan untuk menstimulasi permintaan atas produk atau jasanya dan memastikan bahwa produk dijual dan disampaikan kepada para pelanggan. (Venkatesh & Penaloza, 2006)
4.       Pemasaran adalah proses sosial yang mencakup aktivitas-aktivitas yang diperlukan untuk memungkinkan individu dan organisasi mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui pertukaran dengan pihak lain dan untuk mengembangkan relasi pertukaran berkesinambungan. (Mullins, Walker & Boyd)

Konsep Pemasaran
                Pada umumnya setiap perusahaan menganut salah satu konsep atau filosofis pemasaran, yaitu falsafah atau anggapan yang diyakini perusahaan sebagai dasar dari setiap kegiatannya dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.
                Pemilihan dan penerapan konsep pemasaran tertentu dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya nilai-nilai dan visi manajemen, lingkungan internal, dan lingkungan eksternal perusahaan. Secara umum ada lima Konsep pemasaran yaitu:
1.       Konsep Produksi
Pemasaran yang berpegang pada konsep ini berorientasi pada proses produksi/operasi (internal). Asumsi yang diyakini adalah bahwa konsumen hanya akan membeli produk-produk yang murah dan gampang diperoleh.
2.       Konsep Produk
Dalam konsep ini, pemasaran beranggapan bahwa konsumen lebih menghendaki produk-produk yang memiliki kualitas, kinerja, fitur atau penampilan superior. Konsekuensinya, pencapaian tujuan bisnis perusahaan dilakukan melalui invoasi produk, riset, dan pengembangan, dan pengendalian kualitas secara berkesnimbungan.
3.       Konsep Penjualan
Konsep ini merupakan konsep yang berorientasi pada tingkat penjualan (internal), dimana pemasaran beranggapan bahwa konsumen harus dipengaruhi (bila perlu dibujuk) agar penjualan dapat meningkat, sehingga tercapai laba maksimum sebagaimana tujuan perusahaan. Focus kegiatan pemasaran memperbaiki teknik-teknik penjualan dan kegiatan promosi.
4.       Konsep Pemasaran
Berbeda dengan 3 konsep terdahulu yang berorientasi pada lingkungan internal, konsep pemasaran berorientasi pada pelanggan (lingkungan eksternal), dengan anggapan bahwa konsumen hanya akan bersedia membeli produk-produk yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginannya serta memberikan kepuasan. Implikasinya, fokus aktivitas pemasaran dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan adalah berusaha memuaskan pelanggan melalui pemahaman perilaku konsumen secara menyeluruh yang dijabarkan dalam kegiatan pemasaran yang mengintegrasikan kegiatan-kegiatan fungsional lainnya (seperti produk/ operasi, keuangan, personalia, riset dan pengembangan, dan lain-lain) secara lebih efektif dan efisien dibandingkan para pesaing.
5.       Konsep Pemasaran Sosial
Pemasaran yang menganut konsep ini beranggapan bahwa konsumen hanya bersedia membeli produk-produk yang mampu membuaskan kebutuhan dan keinginanya serta berkontribusi pada kesejahteraan lingkungan sosial konsumen.

Referensi : Fandy Tjitono, bayumedia/pemasaran Jasa/2011

Saturday, March 24, 2012

Agung Banggai: ONTOLOGI FILSAFAT ISLAM

Agung Banggai: ONTOLOGI FILSAFAT ISLAM: ONTOLOGI Pembahasan tentang ontologi berbicara mengenai eksistensi dari pengetahuan wujud, ontologi tidak berpengaruh dengan alam dia ter...

Agung Banggai: FILSAFAT AGAMA

Agung Banggai: FILSAFAT AGAMA: FILSAFAT AGAMA Realisme Instiktif Realisme Instiktif menghubungkan antara apa yang ada didalam diri kita dengan di luar harus bersesuai ...

Monday, March 12, 2012

ONTOLOGI FILSAFAT ISLAM


ONTOLOGI
Pembahasan tentang ontologi berbicara mengenai eksistensi dari pengetahuan wujud, ontologi tidak berpengaruh dengan alam dia terlepas dengan hubungan dengan alam dia mandiri. Yang merasakan ontologi adalah hati tapi tidak pungkiri bahwa hati selalu mengikat alam dia selalu terlena dengan alam, nah tujuan ontologi untuk membuat hati merasakan pengertian yang satu (wujud) dan tidak ada bandingannya.
Dalam ontologi kita tidak bisa membedakan ada yang baik buruk atau kebahagian dan kesedihan kita tidak tahu lagi semua itu yang sudah kita rasakan adalah satu. Ontologi ilmu tentang keberadaan dia bukan mencari yang satu atau mencari yang banyak tapi dia mencari hubungan antara yang banyak dan yang satu dan hubungan itu niscaya dalam epistemologi secara teoritis tidak terbantahkan bahwa kita tidak bisa terpisah dengan alam, hubungan yang hadir sebagai alam dan hadir sebagai imajinasi / persepsi, dan kemudian hadir sebagai persepsi itu akal yang mandiri dipandang sebagai suatu keberadaan.
Kebenaran dalam ontologi apa dicapai dalam persepsi kita secara mandiri, mandiri bukan dibentuk oleh apa yang dituntut kehendak kita. Bukan seperti yang kita rasakan di alam ibadah dan sebagainya hanya untuk Allah. Dia tidak berhubungan rasa suka tidak suka, dia hanya satu, keinginan juga tidak bisa karena keinginan karena Allah berarti ada yang tidak kita rasakan dasar seperti itu tidak bisa menjawab tentang Wahdatul Wujud.
Posisi R2 harus bisa menjelaskan hati yang satu itu, karena hati kita sekarang masih berhubungan dengan alam. Kita harus bisa melepaskan hati yang berhubungan dengan alam, dan mencari hati yang berhubungan dengan satu mandiri.
Sesuatu dan Wujud
Ada atau wujud adalah segala sesuatu yang kita temukan. Ada dulu baru kita bisa memberikan defini tentang sesuatu yang ada, Jadi segala semua ada karena ada sandaran. Tuhan dalam filsafat agama sesuatu, segala sesuatu, segala perkara, segala hal, segala tindakan, segala sebab dan akibat, segala gagasan dan acuan, segala angan-angan dan segala lainnya. Wujud adalah keberadaan dan konsep yang paling sederhana, apa yang paling sederhana selain ada, kesederhanaan di mencakup, mutlak karena tidak ada lain selain ada, kesederhanaan segala sesuatu kembali pada dia. Karena dia mencakup keseluruhnya maka dia mutlak “tidak ada lain selain dia”
Dalam bahasa arab sesuatu adalah syah, masyiah semua kembali dalam pengertian eksistensi kehendak diri, dari sederhana ke mutlak, mutlak ini ditemukan dalam diri manusia, karena yang pertama kali mencapai kemutlakan itu adalah subjek kita diri sendiri, prinsip pertama adalah menetapkan adanya yang mutlak, karena kalau di kehendak kita ini tidak ada kemutlakan, maka kita tidak mungkin menemukan sesuatu yang meyakinkan kita. Yang paling kita tuntut dalam kehendak kita adalah bersandar pada sesuatu yang menjamin apa yang menjadi keyakinan kita secara mutlak, itu yang di capai oleh akal kita menjadi dasar berpijak.
Semua bisa dicapai dalam struktur onotologi karena wujud bisa ditemukan dan dicapai oleh subjek kita. Tapi kita tidak bisa langsung memasukkan dalam hati kita karena hati dia langsung mengikat karena sudah langsung merasakan Ilmu Hudhuri kita meletakkan didalam diri kita bukan diluar.  Jadi sesuatu dan wujud adalah sesuatu yang sederhana dan sesuatu yang tidak bisa kita konsepsikan hanya sebagai sesuatu apa yang kita mau bilang kalau itu adalah sesuatu wujud adalah sesuatu yang tidak bisa kita capai tidak akan bisa kita ungkapkan kalau seperti itu.
Wujud dan Cahaya
Dalam pemikiran Islam, Wujud sering dikontraskan dengan mahiyyah. Wujud adalah realitas objektif, sedangkan mahiyyah adalah gagasan tentang realitas objektif partikular. Mahiyyah terbatas karena masih berhubungan dengan alam dia terbagi bagian per bagian sebagai ada, ada sebagai spidol, ada sebagai hp, ada sebagai leptop ada yang pratikular itu semua keberadaan adalah wujud mahiyah/batasan. Tuhan (wujud) dan Manusia tidak bisa di pisahkan tapi dibedakan, kalau konsep wujud sebagai dirinya satu kembali pada pengertian tunggal. Akal mengenal perbedaan bukan keterpisahan, makna keterpisahan bukan ketiadaan tapi hubungan, hubungan yang bernegasi, hp lawannya leptop dll, arti ketidak terpisahan itu disebut cahaya.
Cahaya yang mempunyai arti kebertingkatan, gradasi cahaya 1 waat dengan cahaya 100 waat kita bisa bedakan tapi tidak bisa dipisahakan, perbedaan itu tidak bisa dipisahkan dari keberadaan itu jadi, perbedaan itu karena kebertingkatan perbedaan. Kenapa berbeda bukan dari sisi adanya tapi karena ada batasan, definisnya, karakteristiknya itu dari dilihat dari esensinya maujud yang partikular hadirnya terbagi. Pengetahuan manusia tentang Tuhan itu secara esensi karena masih menemukan yang buka Tuhan, karena kalau wujud satu, sedangkan esensi di terurai terus.
Akan tetapi semua pengetahuan kita mendatangi esensi karena pengetahuan kita berhubungan dengan alam menangkap esensi atau batasannya, untuk itu pengetahuan itu bertingkat-tingkat untuk bisa sampai pada wujud untuk menangkap wujud pada dirinya sendiri dan cara pandangan wujud cara pandang keseluruhan. Karena pembahasan kita adalah ontologi maka dia ingin mengenali wujud sebagaimana wujud, karena itu mengenalinya bukan dalam esensinya  semua yang mengali dalam esensinya itu pasti bukan wujud, pasti bukan tuhan, kita hanya datang melalui sesuatu yang sebenrnya hanya pantulan dari diri kita karena wujud tidak punya batasan tidak punya esensi karena yang kita ketahui tidak ada dalam Tuhan.
Nah dengan esensi ini maka muncul konsep buruk buruk, baik, hitam, putih itu sesuatu yang noneksis (esensi) dia bisa eksis karena bersandar pada apa yang ada dialam ini ada sandarannya yaitu wujud, baik buruk itu kita kembalikan pada Tuhan karena baik dan buruk  itu ada dan itu bersandar dengan wujud. Arti buruk itu sebagai ketiadan itu dalam arti alam dia bisa eksis kalau dia menyerap dari sesuatu yang baik karena buruk itu tidak keluar dari wujud, tapi bahwa keburukan itu untuk bisa eksis tergantung pada keberadaannya karena itu buruk itu hal yang esensial dan kebaikan itu hal esensial.
Tuhan bisa melakukan sesuatu yang buruk pada alam karena semua dalam kekuasaan Allah. Tetapi pernyataan Allah bisa melakukan keburukan dalam pengertian kita, karena pengertian Allah tidak ada keburukan yang ada semua untuk menuju pada kesempurnaan. Kita contohkan dengan sebuah bayangan, bahwa tidak ada banyangan tanpa ada sumbernya, banyangan ini kita umpamankan adalah keburukan, sumbernya adalah cahaya, membuat adanya bayangan itu spidol (subjek). Dari ilustrasi ini kita bisa jelaskan bahwa yang mengatakan itu buruk adalah di subjek (manusia) dia yang membatasi sehingga muncul bayangan. Akar permasalahannya ada pada subjek, untuk itu subjek harus berpaling pada cahaya (wujud) bukan pada bayangan jadi keburukan itu hakikatnya adalah ketiadaan.
Seperti yang kita ketahui bersama wujud itu bersifat tunggal dan sederhana mencakup keseluruhan tidak terbatas, tak terhingga dia terus menerus tanpa henti. Semuanya harus ada tidak mungkin ini berakhir pada sesuatu yang tidak ada yang disebut kontingen, sesuatu yang tidak didahului oleh ketiadan dan tidak berakhir pada ketiadaan, ada dalam pengertian ada selamanya, dia yang awal dan dia yang akhir bukan pengertian pada ketiadaan, ada terus menerus terikat pada keberadaannya.
Ketunggalan dan Penampakan
Sesuatu pada dirinya sendiri tidak berganda dan tidak berbilang hanya ada Tuhan tidak dalam kebergandaan. Wujud sama dengan segala sesuatu ada hubungan identitas utuh dan sempurna. Kita harus bisa berpirkir secara esensi berhubungan dengan esensi berhubungan dengan tiada untuk itu esensi tidak bisa dijadikan sandaran. Maka kita harus bisa menyandarkan pada wujud (ada).
Karena semua yang kita gambarkan pasti bukan Tuhan dari nama, gambaran dll, Tuhan tidak bisa kita tunjuk waktu, dimana, kapan itu sebuah batasan karena Tuhan tidak bisa di apa yang dikatakan karena semua batasan adalah ketiadan. Tujuan untuk mempelajari ontologi untuk membuktikan posisi kita bahwa semau ini adalah ketiadaan dalam ontologi baik konsepsi maupun realitas.
Nanti kita akan menemukannya ketika kita mencari terus sampai nanti biarkan kita mengkonsepsi terus nanti sampai puncak dia akan menghapuskan konsep itu sendiri. Makna ketiadan sama dengan pengertian akal yang kita acu di alam, bukan seperti itu tapi ketiadan disini yang kita acu pertama dalam konsep itu ada.
Dalam pengertian ontologi bahwa ada (eksis) aku ingin dikenal maka dia menemukan dirinya, namun dalam pengertian epistemologi (esensi) aku ingin mengenal tapi tidak menemukan dirinya. Karena eksis satu sedangkan esensi itu banyak partikular dan apa hubungan dari yang satu dan banyak. Kita mencari esensi untuk menemukan eksis wujud dan meninggalkan yang esensi.
Dalam persepsi tanzih menyatakan ketakterbandingan-Nya dengan segala sesuatu. Dalam perspektif ini, Allah adalah wujud yang benar-benar tidak bisa dijangkau oelh semua mahluk-Nya dan berada jauh diluar pengalaman dan pemahaman manusia. Dengan demikian maka gugur teori penyaksian tentang wujud sebagai wujud akan tetapi ada yang bisa kita rasakan itu ada tasbih menyembahan, doa-doa, yang kita puji itu yang kita lakukan sebagai manusia melaksanakan syariat Allah. Untuk itu kita harus mencari hubungan antara keduanya tanzih dan tasbih adalah pengetahuan.
Hubungan Wujud dan Maujud (Hubungan Sebab dan Akibat atau Pencipta dan Ciptaan)
Wujud dikaitkan dengan yang satu sedangkan maujud adalah bagian perbagian banyak atau bisa kita jelaskan juga dengan wujud satu/ ketunggalan eksistensi sebab pencipta sedangkan maujud esensi akibat ciptaan. Dalam pemahaman umum kita diciptakan oleh Allah, secara esensi arti itu bisa diterima karena kita bisa membedakan antara yang membuat dan dibuat itu ada ajarak atau terpisah, tapi bagaimana secara eksistensi polpen ada, hp ada yang membuat juga ada secara ada tidak ada jarak karena tidak terpisah.
Karena tidak ada tidak bisa kita ada bagaimana bisa kita menciptakan sesuatu yang belum ada, tidak bisa kita acu untuk itu yang tidak ada tidak bisa menerima. Untuk itu bagaimana arti menciptakan mengadakan yang ada padahal sudah ada menciptakan esensi. Untuk itu mengadakan mengciptakan bukan konsep ketunggalan karena ketiadan tidak bisa diadakan bagaiman kita bisa mengadakan yang tidak ada. Kalau kita kembali pada konsep Tuhan apakah Tuhan diciptakan? Tentu tidak Tuhan bukan diciptakan karena Tuhan sudah ada.
Hubungan wujud tidak bisa dibatasi walaupun dengan istilah mencipta karena mencipta ada batasan karena mengadakan yang sebelum tidak ada. Mencipta adalah konsep yang diciptakan oleh manusia untuk menjelaskan hubungan antara wujud dan maujud. Bagaimana menjelaskannya salah satunya dengan mengatakan bahwa Tuhan itu pencipta. Tapi mencipta dalam diri sisi wujud tidak dimungkinkan karena ada dengan ada tidak ada jarak, dan kalau mencipta diartikan dengan mengadakan yang sebulumnya belum ada maka bertentangan dengan teori wujud. Maka yang mungkin bisa dijelaskan adalah bagaimana wujud itu di konsepsi atau dibentuk oleh manusia.

BUKU DARAS FILSAFAT ISLAM

 BUKU DARAS FILSAFAT ISLAM

Nilai Proposisi-Proposisi Etika dan Hukum
Pembahasan tentang etika dan hukum merupakan pembahasan yang sangat penting untuk menumbuhkan ketaatan dan kedamaian didunia posisinya berada diaksiologi dimana kalau diaksiologi ada acuan yang bisa di inderawi, karena dasar semua nilai berada pada Ontologi dasar konsep hukum konsep sehingga membutuhkan etika. Hukum itu afirmasi berbentuk tindakan/tahsdiq sedangkan etika dia negasi konsep bisa positif dan negatif juga.
Etika dan Hukum bisa kita dapatkan pertama melalui anjuran, perintah, dan larangan, kedua dalam bentuk berita dan proposisi-proposisi yang logika yang memilikit subjek dan predikat. Tujuan hukum untuk kedamaian masyarakat sosial sedangkan etika lebih pada kesempurnaan rohani lebih luas dari pad tujuan hukum.
Kriteria Benar Salah Dalam Proposisi-Proposisi Nilai
Benar dan salah bukan niscaya karena sesuatu itu bisa dimaafkan karena dia bersandar pada alam dan alam partikular bagian perbagian yang niscaya hanya ada pada ontologi. Kalau aksiologi di kita konsepsi dulu lalu kita bertindak. Seharusnya dalam tindakan hukum kita harus bisa merujuk pada etika, karena hukum tidak mempunyai konsep dan tidak bisa disalahkan dia selalu benar dalam arti hukum untuk menghukum etika yang membatasi hukum. Hukum membutuhkan etika kalau tidak ada etika jadinya seperti hukum di Insonesia ini.
Kita lihat di berita seorang nenek dihukum 6 bulan karena mencuri 3 buah kakao dan kita lihat juga bagaimana seorang koruptor miliyaran uang rakyat di hukum hanya 2 tahun saja. Betapa sangat berbeda sekali dari sisi etika tidak bisa kita terima, akan tetapi dalam posisi hukum itu yang tertulis dalam UU kita Indonesia tidak salah toh...
Tanggapan Atas Suatu Keberatan
Filsafat Etika membicarakan konsekuensi, premisnya bukan seperti hal-hal umum, kita contohkan jujur itu baik, akan tetapi bagaimana ketika kita jujur dengan konsenkuensi akan terjadi kematian bagi orang lain ketika kita jujur. Maka dengan ini bahwa tidak semua yang baik bisa kita amplikasikan di luar begitu juga dengan pengetahuan tidak bisa semua yang kita tau kita berikan pada orang lain karena bisa saja akan terjadi kesalahan dalam penafsiran dan lain-lain. Jadi etika tidak sampai pada konsepsi umum tapi dia pertikular dan tidak mempunyai hubungan konsekuensi akibat dan tindakan tersebut yang kita lakukan.
Relativitas Etika dan Hukum
Hukum mempunyai pengecualian di alam dan berbentuk afirmatif artinya sudah ada kesepakatan atau disetujui, bahkan baiknya kejujuran tidak berlaku universal. Hukum terbatas akan waktu, apabila lewat waktu maka gugur stu bentuk hukum tersebut diganti dengan betuk hukum yang baru.  
Perbedaan Antara Proposisi Etika dan Hukum
Perbedaan dari Etika dan Hukum sangat banyak sebagaimana kita bisa lihat diatas hukum lebih pada alam sedangkan etika lebih pada Tuhan. Untuk itu kita harus bisa bangun hukum dengan landasan etika yang kuat. Karena hukum tanpa etika tidak akan tercapai keadilan di alam ini.
Lanjut
Sebelum kita bahas lebih lanjut lagi bahas dulu apakah kebenaran itu, kebenaran adalah kesesuian antara ide dan realitas. Mencari kesesuai antara dalil etika dan dalil hukum kebenaran dalam kontenks pengetahuan.
Kebergantungan Filsafat pada Epistemologi
Dalam epistemologi persepsi butuh usaha dan kesadaran sudah ada dalam diri. Persepsi sama dengan konsep apa yang di inderawi, memperspsi, melihat alam dengan tujuan kembali mencari Tuhan mentashdiq. Konsep menghasilkan hubungan apa yang ada pada fitra kita dan apa yang ada pada objek. Tujuan epistemologi ingin menemukan bagaimana kita mempersepsi Tuhan sebagai konsep dasar untuk kembali pada Tuhan. Karena tidak mungkin kita bertindak tanpa membutuhkan konsep. Dalam filsafat kita harus banyak konsep itu poin penting yang perlu kita ketahui.
Kemungkinan Pengetahuan
Kemungkinan manusia mempunyai pengetahuan sangat mungkin, karena walaupun dia ragu akan pengetahuan tetapi dia tidak bisa ragu kalau dia memang ragu dengan pengetahuannya. Dengan begitu maka kita sudah dapat bentuk pengatahuan, sumber pengetahuan yang kita gunakan adalah indera dan rasio (akal) tapi rasio juga sebagai sumber dan alat juga.
Ilmu Hudhuri dan Hushuli
Pengetahuan hudhuri itu adalah pengetahuan yang langsung hadir dalam diri kita. Proses Hudhuri terbagi dua ada yang melalui konsep dan yang kita rasakan langsung. Melalui konsep kita yang pertama melihat seseorang itu baik dan setelah konsep kita sudah banyak tentang dia maka akan berubah ternyata dia tidak baik, sedangkan yang kita rasakan langsung kita memegang gelas panas maka akan langsung terasa panas di tangan kita.
Pengetahuan hudhuri tak mungkin keliru dia tidak bisa disalahkan juga karena itu fitra kita. Kita merasakan jatuh cinta, senang, sedih itu benar apa yang kita rasakan akan tetapi dalam aktulnya berbeda itu bukan lagi hudhuri lagi. Dalam Hudhuri ada gradasi pengetahuan kebertingkatan jiwa yang kita rasakan. Dan yang menentukan benar dan salah harus sesuai dengan ide dan realitas adalah Hushuli. Hushuli terbagi dua bagian tashdiq dan tashawur, tashdiq harus memiliki predikat sebuah predikat dan pasti mengacu di alam. tashdiq subjek berhubungan dengan predikat.

Tulisan ini tidak sempurna sebagaimana mestinya tapi mudah-mudahan bisa membantu... dan mohon kritikannya..

FILSAFAT AGAMA


FILSAFAT AGAMA

Realisme Instiktif
Realisme Instiktif menghubungkan antara apa yang ada didalam diri kita dengan di luar harus bersesuai apa yg dituntu dari diri kita pasti ada jawabannya diluar tidak mungkin tidak, kalau tidak ada jawaban kenapa ada tuntutan dari diri kita dan untuk itu Filsafat Agama ingin menjelaskan tentang realitas dan fitra manusia.
Karena memang realitas kita selalu berhubungan dengan capek, senang, gembira, sakit hati, baik buruk, benar salah dan lain-lain dan agama tidak berbicara satu hal tapi banyak hal, realitas selalu berhubungan dengan semuanya. Dalam konsep filsafat agama, agama merupakan upaya kita untuk tunduk akan semua hal-hal instiktif harus taat di alam. Bagaimana semua dinamika kita di alam kita tunduk bukan ditinggalkan. Ditundukkan bukan membunuh tapi tunduk adalah sebuah bentuk hubungan yang dibangun dari apa yang kita capai terjadi kerja sama, agama menundukan kita pada Tuhan.
Arti penundukan bukan kekalahan, penaklukan bukan penafian, awal dari sebuah upaya orang untuk bisa bicara tentang Tuhan setelah kita tunduk. Tunduk yang baik dengan pengetahuan, kita harus tau dulu semua baru kita tunduk. Kita tidak bisa tunduk pada alam yang ciptaan Tuhan, seharusnya orang bisa tunduk tanpa agama karena sudah punya fitra akan keimanan. Apakah kepentingan orang untuk tunduk pada agama karena disamping dia berhunbugnan dengan alam dan agama juga merupakan wahyu Tuhan jadi agama R1 ke alam dan R1 ke R2 harus ada kesesuai antara keduanya.
Yang ditundukkan adalah diri kita, diri kita memunyai nilai penting. tunduk berhubungan dengan subjek diri manusia kalau cuma tunduk dengan alam cukup dengan didatangkan bencana pasti sudah banyak orang yang taat jadi tunduk ini ada pada subjek.
Agama
Agama merupakan wahyu yang turun dari Tuhan untuk manusia yang mengatur dan tunduk padanya. Orang yang beragama dengan baik maka dia akan merasa tentram karena dia selalu memahami rasio realitas alam dimana harus ada perbedaan dan selalu berinteraksi dengan orang lain. Tapi agama berangkat dari alam realisme instiktif untuk itu agama bukan makna statis tapi dia dinamis karena alam senantiasa menjelaskan perkembangan alam.
Bahasa agama realismenya berangkat dari alam, alam ini dalam epistemologi yang menyentuhnya adalah hati, rasio tidak bisa menyentuh alam (R1 tidak bisa menyentuh alam) dia hanya mengabrasi dan yang merasakan itu hati, hati berkaitan dengan keyakinan. Hati berhubungan dengan keyakinan, hati menginginkan kebahagian padahal di alam ada kebahagian ada penderitaan. Agama itu keimanan yang berhubungan dengan hati, hati lah yang mengikat alam dia yang merasakan senang, bahagia dll.

Dengan latar belakang diatas maka agama di bagi menjadi tiga bagaian
1.      Iman
2.      Akhlak
3.      Amal Perbuatan

1.    Iman
Prinsip realisme kita punya pemahaman bahwa tidak mungkin seluruh alam semesta ini ada dengan sendirinya tapi ada yang membuatnya, dan sudah pasti bahwa yang membuatnya tau sistem dan tata kelolanya. Arti sistem dalam keyakinan ini adalah kerangka pengetahuan yang dalam ontologi sudah statis tidak bisa lagi orang mengoyangnya karena sudah mandiri, sistem dalam bahas tindakan berbeda dengan sistem dalam bahasa pengetahuan.

Iman diikat oleh hatinya berdasarkan pada dirinya. Agama membicarakan bahwa syarat kesempurnaan iman harus ada nabi yang suci, arti kesucian ini dalam pengertian alam nabi bisa salah kerena nabi pernah kalah dalam perang, suci yang dimaksud adalah suci dalam pengerstian ontologi sistem ketuhanan. Akan tetapi arti salah bukan berati kita berdosa. Namun salah dalam syariat artinya dosa dan nabi bebas dari dosa.

Poin keiman letaknya di R2 dengan beranjak dengan sistem yang ada di alam, untuk itu keimanan bukan berbicara tentang hasil. Iman tidak berbicara di alam akan tetapi jawabannya dari alam, karena dasar iman berada di alam maka dimensi pengetahuan iman bersandar pada R2.

2.      Akhlak
Akhlak atau bisa kita sebut sebagai etika, ini merupakan suatu kerangaka dasar. Akhlak sama dengan perbuatan dimana ada kewajiban, watak, kehormatan, hak dan bersandar pada iman.
Karena bersandar pada iman maka kita berakhlak dengan akhlak Allah, akhlak penghubung antara iman dan amal, dasar akhlak iman teoritis dan turun menjadi tindakan amal perbuatan. Akhlak harus punya dasar teoritis dan bisa diterapkan, dan setiap yang praktis harus mempunyai punya dasar teoritis.
3.      Amal Perbuatan
Amal perbuatan ini yang memberikan nilai apa yang kita tashdiq pada iman dan akhlak. Amal perbuatan dilakukan berdasarkan konsep atau pengetahuan akan apa yang dilakukan. Dimensi dasarnya berdasarkan hal-hal yang diyakini (iman).

Haruskan Manusia Terikat Pada Agama?
Tidak mungkin orang tidak beriman apapun agamanya pasti dia beriman dan tidak mungkin orang tidak  membangun suatu sistem bertindak atau sistem etik apapun sistem etiknya pasti ada, dan tidak mungkin orang tidak membentuk hukum, apapun hukum dan tindakannya pasti ada hukum. Agama juga datang menawarkan klaim kebenaran, tapi kebenaran bukan keharusan karena kalau di alam tidak bisa dihindari,  kita bisa saja berpaling dari agama satu ke agama lain. Yang pasti secara teoritis tidak mungkin seseorang tidak mempunyai keimanan. Jadi pertanya tentang dapatkah manusia terikat dengan agama, ya secara teoritis. Agama Islam datang untuk menjawab semua persoalan manusia tidak hanya dengan menyembah Tuhan saja tapi semua aspek kehidupan yang dijalani oleh manusia.
Di dalam Al-Quran juga dijelaskan secara rincin tentang Islam
“Sesungguhanya agama (yang diridhoi) disisi Allah hanyalah islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datangnya pengetahuan pada mereka. Barangsiapa yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya. (Ali Imran:19)
Ayat Al-Quran lain yang menjelaskan tentang Agama Islam ada Ali Imran:85, Al-Baqarah:208, Al-Nahl:91, Al-Nahl:125, Al-A’raf:204, Al-Nisa:59 dan Ali Imran:159 dengan melihat begitu banyak ayat yang menjelaskan tentang Agama Islam dimana umat disuruh untuk berlaku baik dalam berinteraksi dengan sesama manusia.
Allah SWT juga menurunkan Agama Yahudi dan Kristen sesuai dengan ayat Al-Quran yang berbunyi
Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab Taurat. Di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerahkan diri pada Allah, oleh karena orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka” . . . . (Al-Ma’idah: 44.
“Dan kami ringankan jejak mereka (nabi-nabi Bani Israil) dengan ‘Isa putera Maryam . . . . . dan kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil, yang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan yang membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat” . . . . (Al-Ma’idah: 46)
Dengan penjelasan dari ayat diatas bagaimana menjelaskan bahwa Kitab Taurat dan Kitab Injil merupakan kitab yang turun dari wahyu Allah. Kita harus mengimani kedua kitab itu karena sama berasal dari Allah. Ini menjelaskan bahwa agama sesuatu yang tidak bisa dihindari oleh manusia siapapun.
Oleh karena itu penjelasan rincinya seperti ini, Taurat dibenarkan oleh Injil dan Injil dibenarkan oleh Al-Quraan tidak ada pertentangan dari ketiga kitab Allah ini semua menjalaskan tentang Allah dan Hukum-hukum Allah. Namun Al-Quran sebagai wahyu terakhir yang sudah lengkap dan sempurna dengan turunnya Al-Quran seharusnya hukum-hukum yang sudah lama tidak berlaku lagi tapi kita hanya mengimani bahwa ada kitab sebelumnya sebelum Al-Quran untuk memahaminya perlu dibangun kesadaran dulu.
Peradaban Manusia dan Hukumnya
Secara fitra manusia menginginkan kebahagian dan manusia juga tau bahwa dia tidak bisa mempersiapkan semua kebutuhan untuk menjamin kenyaman hidupnya dengan sendirian. Oleh karean itu dia harus bergabung dengan masyarakt sosial untuk menjamin kenyamannya.
Inilah fitra manusia ingin membangun sosial tanpa melihat agama, suku atau apapun yang penting bisa menyambung kenyamanannya. Tidak ada yang salah dengan melakukan kerja sama dengan orang yang berbeda agama, karena kehidupan sosial tidak melihat itu.
Kebutuhan Masyarakat Akan Hukum
Secara realisme instiktif orang berkumpul menjadi kelompok-kelompok dan pasti akan terjadi sebuah kesalahan dimana harus ada yang bisa mengatur manusia untuk itu dibuatlah aturan, dimana aturan muncul dengan kesepakatan bersama (sosial).
Manusia Tidak Bebas Dari Hukum
Karena merasa kebebasannya terganggu maka manusia selalu ingin melawan hukum itu berdasarkan realisme instiktif manusia memang ingin bebas.
Titik Lemah dalam Perkembangan Hukum
Sebaik apapun hukum, tidak bisa menghentikan orang untuk mengingkari hukum. Karena kecenderungan manusia ingin bebas, jadi problemnya ada pada manusia itu sendiri dibangun kesadaran. Untuk itu dibutuhkan etik bukan hanya hukum saja. Karena hukum kita, hukum material bukan hukum spritual dan titik lemah hukum ada pada hukum itu sendiri karena tidak membangun etik dan spritual.
Islam dengan Agama lain dan Islam dengan Sistem Sosial,
Sumber yang paling terpercaya untuk kajian ringkas mengenai munculnya agama-agama adalah Al-Qur’an, sebab kitab suci ini bebas dari jenis kesalahan, keberpihakan, atau tendensi apapun. Ia menjelaskan kepada kita bahwa agama Tuhan, yaitu Islam (“Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah adalah Islam”).
Umat manusia dulu merupakan keturunan satu orang laki-laki dan satu orang perempuan dan nama laki-laki tersebut adalah Adam yang menerima wahyu. Agama Adam adalah agama sederhana yang mengajarkan kebaikan, tidak boleh menumpahkan darah, melakukan kerusakan dan lain-lain. Dengan makin bertambah dan bertumbuhnya keturunan Adam maka mereka hidup berkelompok-kelompok dan tersebar di berbagai daerah. Sehingga terbentuk suku-suku dengan mempunyai pemimpin yang dijadikan panutan dan bahkan sampai pemimpin mereka meninggal dunia dibuatkan patung mereka dan disembah ini awal mulanya berkembang penyembahan berhala.
Sebagaimana kita ketahui dari tradisi-tradisi yang diwariskan turun-temurun oleh para pemimpin agama, dan dikuatkan oleh penuturan sejarah agama kuno, karena adanya penindasan dari kelompok yang kuat terhadap yang lemah, maka timbulah pertentangan dikalangan masyarakat. Pertentangan-pertentangan yang mendasar ini lalu menjadi berbagai bentuk pertentangan sosial.
Disini munculah Islam dengan Risalah kebenaran yang lengkap dari Allah yang melengkapi agama-agama sebelumnya. Sebab dengan datangnya aturan yang baru dan lengkap maka aturan yang lama atau tidak lengkap tidak diperlukan lagi.
Hanya Islam yang disebut Fitra, berbicara tentang Fitra berarti semua metafora-metafora (kekuasaan, kenikmatan, pengetahuan, kekayaan) inilah metafora manusia yang harus bisa dijawab oleh Islam, seadainya Islam tidak bisa menjawab semua metafora itu makan rancu sudah agama Islam dan tidak bisa dipakai, karena tidak bisa menyelesaikan masalah fitra manusia. Tapi islam dengan syariat yang di bawah oleh Nabi Muhammad SAW bisa menjawab itu semua.
Agama lain yang dimaksud disini adalah agama Yahudi dan Kristen, secara sejarah kedua agama ini merupakan agama yang turun dari wahyu Tuhan yang disampaikan oleh Nabi-nabi menyampaikan risalah ketuhanan bahwa semua orang akan kembali pada yang tunggal wujud.
Yahudi dengan Tauratnya dibenarkan oleh Kristen dengan Injilnya dan Injil dibenarkan oleh Islam dengan Al-Qur’an nya. Jadi tiga kitab ini sama-sama mengesakan Tuhan. Dengan tujuannya adalah tauhid maka cita-cita yang dibangun harusnya sama, tidak ada bentrok atau konflik antar agama satu dengan agama lain. Tidak ada bentrok yang mengatas namakan agama, Cuma pemicu meledaknya suatu konflik menjadi besar adalah agama. Namun ternyata akar dari permasalahan yang sebenarnya adalah Sistem Sosial baik bidang politik maupun ekonomi yang salah dan bertentangan dengan ajaran agama Islam, dengan sistem sosial ini banyak pertumpahan darah terjadi didunia.
Setiap negara mengatakan sistem sosial mereka yang terbaik dan ingin menerapkan ke negara yang dianggap lemah namun sebenarnya tujuannya adalah mendapatkan kekayaan (Eksploitasi, Kapitalisme dan Sosialisme) sehingga terjadi perbudakan dan penjajahan sesama manusia, ketiga sistem sosial ini bisa dimasuki oleh orang islam, kristen, dan yahudi yang penting tujuan utama untuk pendapatkan keuntungan yang selalu membuat peperangan, kesengsaraan, kelaparan, dll di dunia.
Inilah yang terjadi sekarang di dunia maupun di negara kita Indonesia banyak orang yang berkedok mengatas namakan agama untuk mendapatkan keuntungan, tidak memihak pada masyarakat. Sudah seharusnya kita membangun etika islam kesadaran akan tanggung jawab sosial pada masyarakat. Karena Islam turun untuk kemasyalatan umat bukan orang, suka, ataupun bangsa tertentu tapi seluruh lapisan masyarakat, negara, suku dan golongan.