ONTOLOGI
Pembahasan tentang ontologi berbicara mengenai eksistensi dari pengetahuan wujud, ontologi tidak berpengaruh dengan alam dia terlepas dengan hubungan dengan alam dia mandiri. Yang merasakan ontologi adalah hati tapi tidak pungkiri bahwa hati selalu mengikat alam dia selalu terlena dengan alam, nah tujuan ontologi untuk membuat hati merasakan pengertian yang satu (wujud) dan tidak ada bandingannya.
Dalam ontologi kita tidak bisa membedakan ada yang baik buruk atau kebahagian dan kesedihan kita tidak tahu lagi semua itu yang sudah kita rasakan adalah satu. Ontologi ilmu tentang keberadaan dia bukan mencari yang satu atau mencari yang banyak tapi dia mencari hubungan antara yang banyak dan yang satu dan hubungan itu niscaya dalam epistemologi secara teoritis tidak terbantahkan bahwa kita tidak bisa terpisah dengan alam, hubungan yang hadir sebagai alam dan hadir sebagai imajinasi / persepsi, dan kemudian hadir sebagai persepsi itu akal yang mandiri dipandang sebagai suatu keberadaan.
Kebenaran dalam ontologi apa dicapai dalam persepsi kita secara mandiri, mandiri bukan dibentuk oleh apa yang dituntut kehendak kita. Bukan seperti yang kita rasakan di alam ibadah dan sebagainya hanya untuk Allah. Dia tidak berhubungan rasa suka tidak suka, dia hanya satu, keinginan juga tidak bisa karena keinginan karena Allah berarti ada yang tidak kita rasakan dasar seperti itu tidak bisa menjawab tentang Wahdatul Wujud.
Posisi R2 harus bisa menjelaskan hati yang satu itu, karena hati kita sekarang masih berhubungan dengan alam. Kita harus bisa melepaskan hati yang berhubungan dengan alam, dan mencari hati yang berhubungan dengan satu mandiri.
Sesuatu dan Wujud
Ada atau wujud adalah segala sesuatu yang kita temukan. Ada dulu baru kita bisa memberikan defini tentang sesuatu yang ada, Jadi segala semua ada karena ada sandaran. Tuhan dalam filsafat agama sesuatu, segala sesuatu, segala perkara, segala hal, segala tindakan, segala sebab dan akibat, segala gagasan dan acuan, segala angan-angan dan segala lainnya. Wujud adalah keberadaan dan konsep yang paling sederhana, apa yang paling sederhana selain ada, kesederhanaan di mencakup, mutlak karena tidak ada lain selain ada, kesederhanaan segala sesuatu kembali pada dia. Karena dia mencakup keseluruhnya maka dia mutlak “tidak ada lain selain dia”
Dalam bahasa arab sesuatu adalah syah, masyiah semua kembali dalam pengertian eksistensi kehendak diri, dari sederhana ke mutlak, mutlak ini ditemukan dalam diri manusia, karena yang pertama kali mencapai kemutlakan itu adalah subjek kita diri sendiri, prinsip pertama adalah menetapkan adanya yang mutlak, karena kalau di kehendak kita ini tidak ada kemutlakan, maka kita tidak mungkin menemukan sesuatu yang meyakinkan kita. Yang paling kita tuntut dalam kehendak kita adalah bersandar pada sesuatu yang menjamin apa yang menjadi keyakinan kita secara mutlak, itu yang di capai oleh akal kita menjadi dasar berpijak.
Semua bisa dicapai dalam struktur onotologi karena wujud bisa ditemukan dan dicapai oleh subjek kita. Tapi kita tidak bisa langsung memasukkan dalam hati kita karena hati dia langsung mengikat karena sudah langsung merasakan Ilmu Hudhuri kita meletakkan didalam diri kita bukan diluar. Jadi sesuatu dan wujud adalah sesuatu yang sederhana dan sesuatu yang tidak bisa kita konsepsikan hanya sebagai sesuatu apa yang kita mau bilang kalau itu adalah sesuatu wujud adalah sesuatu yang tidak bisa kita capai tidak akan bisa kita ungkapkan kalau seperti itu.
Wujud dan Cahaya
Dalam pemikiran Islam, Wujud sering dikontraskan dengan mahiyyah. Wujud adalah realitas objektif, sedangkan mahiyyah adalah gagasan tentang realitas objektif partikular. Mahiyyah terbatas karena masih berhubungan dengan alam dia terbagi bagian per bagian sebagai ada, ada sebagai spidol, ada sebagai hp, ada sebagai leptop ada yang pratikular itu semua keberadaan adalah wujud mahiyah/batasan. Tuhan (wujud) dan Manusia tidak bisa di pisahkan tapi dibedakan, kalau konsep wujud sebagai dirinya satu kembali pada pengertian tunggal. Akal mengenal perbedaan bukan keterpisahan, makna keterpisahan bukan ketiadaan tapi hubungan, hubungan yang bernegasi, hp lawannya leptop dll, arti ketidak terpisahan itu disebut cahaya.
Cahaya yang mempunyai arti kebertingkatan, gradasi cahaya 1 waat dengan cahaya 100 waat kita bisa bedakan tapi tidak bisa dipisahakan, perbedaan itu tidak bisa dipisahkan dari keberadaan itu jadi, perbedaan itu karena kebertingkatan perbedaan. Kenapa berbeda bukan dari sisi adanya tapi karena ada batasan, definisnya, karakteristiknya itu dari dilihat dari esensinya maujud yang partikular hadirnya terbagi. Pengetahuan manusia tentang Tuhan itu secara esensi karena masih menemukan yang buka Tuhan, karena kalau wujud satu, sedangkan esensi di terurai terus.
Akan tetapi semua pengetahuan kita mendatangi esensi karena pengetahuan kita berhubungan dengan alam menangkap esensi atau batasannya, untuk itu pengetahuan itu bertingkat-tingkat untuk bisa sampai pada wujud untuk menangkap wujud pada dirinya sendiri dan cara pandangan wujud cara pandang keseluruhan. Karena pembahasan kita adalah ontologi maka dia ingin mengenali wujud sebagaimana wujud, karena itu mengenalinya bukan dalam esensinya semua yang mengali dalam esensinya itu pasti bukan wujud, pasti bukan tuhan, kita hanya datang melalui sesuatu yang sebenrnya hanya pantulan dari diri kita karena wujud tidak punya batasan tidak punya esensi karena yang kita ketahui tidak ada dalam Tuhan.
Nah dengan esensi ini maka muncul konsep buruk buruk, baik, hitam, putih itu sesuatu yang noneksis (esensi) dia bisa eksis karena bersandar pada apa yang ada dialam ini ada sandarannya yaitu wujud, baik buruk itu kita kembalikan pada Tuhan karena baik dan buruk itu ada dan itu bersandar dengan wujud. Arti buruk itu sebagai ketiadan itu dalam arti alam dia bisa eksis kalau dia menyerap dari sesuatu yang baik karena buruk itu tidak keluar dari wujud, tapi bahwa keburukan itu untuk bisa eksis tergantung pada keberadaannya karena itu buruk itu hal yang esensial dan kebaikan itu hal esensial.
Tuhan bisa melakukan sesuatu yang buruk pada alam karena semua dalam kekuasaan Allah. Tetapi pernyataan Allah bisa melakukan keburukan dalam pengertian kita, karena pengertian Allah tidak ada keburukan yang ada semua untuk menuju pada kesempurnaan. Kita contohkan dengan sebuah bayangan, bahwa tidak ada banyangan tanpa ada sumbernya, banyangan ini kita umpamankan adalah keburukan, sumbernya adalah cahaya, membuat adanya bayangan itu spidol (subjek). Dari ilustrasi ini kita bisa jelaskan bahwa yang mengatakan itu buruk adalah di subjek (manusia) dia yang membatasi sehingga muncul bayangan. Akar permasalahannya ada pada subjek, untuk itu subjek harus berpaling pada cahaya (wujud) bukan pada bayangan jadi keburukan itu hakikatnya adalah ketiadaan.
Seperti yang kita ketahui bersama wujud itu bersifat tunggal dan sederhana mencakup keseluruhan tidak terbatas, tak terhingga dia terus menerus tanpa henti. Semuanya harus ada tidak mungkin ini berakhir pada sesuatu yang tidak ada yang disebut kontingen, sesuatu yang tidak didahului oleh ketiadan dan tidak berakhir pada ketiadaan, ada dalam pengertian ada selamanya, dia yang awal dan dia yang akhir bukan pengertian pada ketiadaan, ada terus menerus terikat pada keberadaannya.
Ketunggalan dan Penampakan
Sesuatu pada dirinya sendiri tidak berganda dan tidak berbilang hanya ada Tuhan tidak dalam kebergandaan. Wujud sama dengan segala sesuatu ada hubungan identitas utuh dan sempurna. Kita harus bisa berpirkir secara esensi berhubungan dengan esensi berhubungan dengan tiada untuk itu esensi tidak bisa dijadikan sandaran. Maka kita harus bisa menyandarkan pada wujud (ada).
Karena semua yang kita gambarkan pasti bukan Tuhan dari nama, gambaran dll, Tuhan tidak bisa kita tunjuk waktu, dimana, kapan itu sebuah batasan karena Tuhan tidak bisa di apa yang dikatakan karena semua batasan adalah ketiadan. Tujuan untuk mempelajari ontologi untuk membuktikan posisi kita bahwa semau ini adalah ketiadaan dalam ontologi baik konsepsi maupun realitas.
Nanti kita akan menemukannya ketika kita mencari terus sampai nanti biarkan kita mengkonsepsi terus nanti sampai puncak dia akan menghapuskan konsep itu sendiri. Makna ketiadan sama dengan pengertian akal yang kita acu di alam, bukan seperti itu tapi ketiadan disini yang kita acu pertama dalam konsep itu ada.
Dalam pengertian ontologi bahwa ada (eksis) aku ingin dikenal maka dia menemukan dirinya, namun dalam pengertian epistemologi (esensi) aku ingin mengenal tapi tidak menemukan dirinya. Karena eksis satu sedangkan esensi itu banyak partikular dan apa hubungan dari yang satu dan banyak. Kita mencari esensi untuk menemukan eksis wujud dan meninggalkan yang esensi.
Dalam persepsi tanzih menyatakan ketakterbandingan-Nya dengan segala sesuatu. Dalam perspektif ini, Allah adalah wujud yang benar-benar tidak bisa dijangkau oelh semua mahluk-Nya dan berada jauh diluar pengalaman dan pemahaman manusia. Dengan demikian maka gugur teori penyaksian tentang wujud sebagai wujud akan tetapi ada yang bisa kita rasakan itu ada tasbih menyembahan, doa-doa, yang kita puji itu yang kita lakukan sebagai manusia melaksanakan syariat Allah. Untuk itu kita harus mencari hubungan antara keduanya tanzih dan tasbih adalah pengetahuan.
Hubungan Wujud dan Maujud (Hubungan Sebab dan Akibat atau Pencipta dan Ciptaan)
Wujud dikaitkan dengan yang satu sedangkan maujud adalah bagian perbagian banyak atau bisa kita jelaskan juga dengan wujud satu/ ketunggalan eksistensi sebab pencipta sedangkan maujud esensi akibat ciptaan. Dalam pemahaman umum kita diciptakan oleh Allah, secara esensi arti itu bisa diterima karena kita bisa membedakan antara yang membuat dan dibuat itu ada ajarak atau terpisah, tapi bagaimana secara eksistensi polpen ada, hp ada yang membuat juga ada secara ada tidak ada jarak karena tidak terpisah.
Karena tidak ada tidak bisa kita ada bagaimana bisa kita menciptakan sesuatu yang belum ada, tidak bisa kita acu untuk itu yang tidak ada tidak bisa menerima. Untuk itu bagaimana arti menciptakan mengadakan yang ada padahal sudah ada menciptakan esensi. Untuk itu mengadakan mengciptakan bukan konsep ketunggalan karena ketiadan tidak bisa diadakan bagaiman kita bisa mengadakan yang tidak ada. Kalau kita kembali pada konsep Tuhan apakah Tuhan diciptakan? Tentu tidak Tuhan bukan diciptakan karena Tuhan sudah ada.
Hubungan wujud tidak bisa dibatasi walaupun dengan istilah mencipta karena mencipta ada batasan karena mengadakan yang sebelum tidak ada. Mencipta adalah konsep yang diciptakan oleh manusia untuk menjelaskan hubungan antara wujud dan maujud. Bagaimana menjelaskannya salah satunya dengan mengatakan bahwa Tuhan itu pencipta. Tapi mencipta dalam diri sisi wujud tidak dimungkinkan karena ada dengan ada tidak ada jarak, dan kalau mencipta diartikan dengan mengadakan yang sebulumnya belum ada maka bertentangan dengan teori wujud. Maka yang mungkin bisa dijelaskan adalah bagaimana wujud itu di konsepsi atau dibentuk oleh manusia.
No comments:
Post a Comment