FILSAFAT AGAMA
Realisme Instiktif
Realisme Instiktif menghubungkan antara apa yang ada didalam diri kita dengan di luar harus bersesuai apa yg dituntu dari diri kita pasti ada jawabannya diluar tidak mungkin tidak, kalau tidak ada jawaban kenapa ada tuntutan dari diri kita dan untuk itu Filsafat Agama ingin menjelaskan tentang realitas dan fitra manusia.
Karena memang realitas kita selalu berhubungan dengan capek, senang, gembira, sakit hati, baik buruk, benar salah dan lain-lain dan agama tidak berbicara satu hal tapi banyak hal, realitas selalu berhubungan dengan semuanya. Dalam konsep filsafat agama, agama merupakan upaya kita untuk tunduk akan semua hal-hal instiktif harus taat di alam. Bagaimana semua dinamika kita di alam kita tunduk bukan ditinggalkan. Ditundukkan bukan membunuh tapi tunduk adalah sebuah bentuk hubungan yang dibangun dari apa yang kita capai terjadi kerja sama, agama menundukan kita pada Tuhan.
Arti penundukan bukan kekalahan, penaklukan bukan penafian, awal dari sebuah upaya orang untuk bisa bicara tentang Tuhan setelah kita tunduk. Tunduk yang baik dengan pengetahuan, kita harus tau dulu semua baru kita tunduk. Kita tidak bisa tunduk pada alam yang ciptaan Tuhan, seharusnya orang bisa tunduk tanpa agama karena sudah punya fitra akan keimanan. Apakah kepentingan orang untuk tunduk pada agama karena disamping dia berhunbugnan dengan alam dan agama juga merupakan wahyu Tuhan jadi agama R1 ke alam dan R1 ke R2 harus ada kesesuai antara keduanya.
Yang ditundukkan adalah diri kita, diri kita memunyai nilai penting. tunduk berhubungan dengan subjek diri manusia kalau cuma tunduk dengan alam cukup dengan didatangkan bencana pasti sudah banyak orang yang taat jadi tunduk ini ada pada subjek.
Agama
Agama merupakan wahyu yang turun dari Tuhan untuk manusia yang mengatur dan tunduk padanya. Orang yang beragama dengan baik maka dia akan merasa tentram karena dia selalu memahami rasio realitas alam dimana harus ada perbedaan dan selalu berinteraksi dengan orang lain. Tapi agama berangkat dari alam realisme instiktif untuk itu agama bukan makna statis tapi dia dinamis karena alam senantiasa menjelaskan perkembangan alam.
Bahasa agama realismenya berangkat dari alam, alam ini dalam epistemologi yang menyentuhnya adalah hati, rasio tidak bisa menyentuh alam (R1 tidak bisa menyentuh alam) dia hanya mengabrasi dan yang merasakan itu hati, hati berkaitan dengan keyakinan. Hati berhubungan dengan keyakinan, hati menginginkan kebahagian padahal di alam ada kebahagian ada penderitaan. Agama itu keimanan yang berhubungan dengan hati, hati lah yang mengikat alam dia yang merasakan senang, bahagia dll.
Dengan latar belakang diatas maka agama di bagi menjadi tiga bagaian
1. Iman
2. Akhlak
3. Amal Perbuatan
1. Iman
Prinsip realisme kita punya pemahaman bahwa tidak mungkin seluruh alam semesta ini ada dengan sendirinya tapi ada yang membuatnya, dan sudah pasti bahwa yang membuatnya tau sistem dan tata kelolanya. Arti sistem dalam keyakinan ini adalah kerangka pengetahuan yang dalam ontologi sudah statis tidak bisa lagi orang mengoyangnya karena sudah mandiri, sistem dalam bahas tindakan berbeda dengan sistem dalam bahasa pengetahuan.
Iman diikat oleh hatinya berdasarkan pada dirinya. Agama membicarakan bahwa syarat kesempurnaan iman harus ada nabi yang suci, arti kesucian ini dalam pengertian alam nabi bisa salah kerena nabi pernah kalah dalam perang, suci yang dimaksud adalah suci dalam pengerstian ontologi sistem ketuhanan. Akan tetapi arti salah bukan berati kita berdosa. Namun salah dalam syariat artinya dosa dan nabi bebas dari dosa.
Poin keiman letaknya di R2 dengan beranjak dengan sistem yang ada di alam, untuk itu keimanan bukan berbicara tentang hasil. Iman tidak berbicara di alam akan tetapi jawabannya dari alam, karena dasar iman berada di alam maka dimensi pengetahuan iman bersandar pada R2.
2. Akhlak
Akhlak atau bisa kita sebut sebagai etika, ini merupakan suatu kerangaka dasar. Akhlak sama dengan perbuatan dimana ada kewajiban, watak, kehormatan, hak dan bersandar pada iman.
Karena bersandar pada iman maka kita berakhlak dengan akhlak Allah, akhlak penghubung antara iman dan amal, dasar akhlak iman teoritis dan turun menjadi tindakan amal perbuatan. Akhlak harus punya dasar teoritis dan bisa diterapkan, dan setiap yang praktis harus mempunyai punya dasar teoritis.
3. Amal Perbuatan
Amal perbuatan ini yang memberikan nilai apa yang kita tashdiq pada iman dan akhlak. Amal perbuatan dilakukan berdasarkan konsep atau pengetahuan akan apa yang dilakukan. Dimensi dasarnya berdasarkan hal-hal yang diyakini (iman).
Haruskan Manusia Terikat Pada Agama?
Tidak mungkin orang tidak beriman apapun agamanya pasti dia beriman dan tidak mungkin orang tidak membangun suatu sistem bertindak atau sistem etik apapun sistem etiknya pasti ada, dan tidak mungkin orang tidak membentuk hukum, apapun hukum dan tindakannya pasti ada hukum. Agama juga datang menawarkan klaim kebenaran, tapi kebenaran bukan keharusan karena kalau di alam tidak bisa dihindari, kita bisa saja berpaling dari agama satu ke agama lain. Yang pasti secara teoritis tidak mungkin seseorang tidak mempunyai keimanan. Jadi pertanya tentang dapatkah manusia terikat dengan agama, ya secara teoritis. Agama Islam datang untuk menjawab semua persoalan manusia tidak hanya dengan menyembah Tuhan saja tapi semua aspek kehidupan yang dijalani oleh manusia.
Di dalam Al-Quran juga dijelaskan secara rincin tentang Islam
“Sesungguhanya agama (yang diridhoi) disisi Allah hanyalah islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datangnya pengetahuan pada mereka. Barangsiapa yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya. (Ali Imran:19)
Ayat Al-Quran lain yang menjelaskan tentang Agama Islam ada Ali Imran:85, Al-Baqarah:208, Al-Nahl:91, Al-Nahl:125, Al-A’raf:204, Al-Nisa:59 dan Ali Imran:159 dengan melihat begitu banyak ayat yang menjelaskan tentang Agama Islam dimana umat disuruh untuk berlaku baik dalam berinteraksi dengan sesama manusia.
Allah SWT juga menurunkan Agama Yahudi dan Kristen sesuai dengan ayat Al-Quran yang berbunyi
“Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab Taurat. Di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerahkan diri pada Allah, oleh karena orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka” . . . . (Al-Ma’idah: 44.
“Dan kami ringankan jejak mereka (nabi-nabi Bani Israil) dengan ‘Isa putera Maryam . . . . . dan kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil, yang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan yang membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat” . . . . (Al-Ma’idah: 46)
Dengan penjelasan dari ayat diatas bagaimana menjelaskan bahwa Kitab Taurat dan Kitab Injil merupakan kitab yang turun dari wahyu Allah. Kita harus mengimani kedua kitab itu karena sama berasal dari Allah. Ini menjelaskan bahwa agama sesuatu yang tidak bisa dihindari oleh manusia siapapun.
Oleh karena itu penjelasan rincinya seperti ini, Taurat dibenarkan oleh Injil dan Injil dibenarkan oleh Al-Quraan tidak ada pertentangan dari ketiga kitab Allah ini semua menjalaskan tentang Allah dan Hukum-hukum Allah. Namun Al-Quran sebagai wahyu terakhir yang sudah lengkap dan sempurna dengan turunnya Al-Quran seharusnya hukum-hukum yang sudah lama tidak berlaku lagi tapi kita hanya mengimani bahwa ada kitab sebelumnya sebelum Al-Quran untuk memahaminya perlu dibangun kesadaran dulu.
Peradaban Manusia dan Hukumnya
Secara fitra manusia menginginkan kebahagian dan manusia juga tau bahwa dia tidak bisa mempersiapkan semua kebutuhan untuk menjamin kenyaman hidupnya dengan sendirian. Oleh karean itu dia harus bergabung dengan masyarakt sosial untuk menjamin kenyamannya.
Inilah fitra manusia ingin membangun sosial tanpa melihat agama, suku atau apapun yang penting bisa menyambung kenyamanannya. Tidak ada yang salah dengan melakukan kerja sama dengan orang yang berbeda agama, karena kehidupan sosial tidak melihat itu.
Kebutuhan Masyarakat Akan Hukum
Secara realisme instiktif orang berkumpul menjadi kelompok-kelompok dan pasti akan terjadi sebuah kesalahan dimana harus ada yang bisa mengatur manusia untuk itu dibuatlah aturan, dimana aturan muncul dengan kesepakatan bersama (sosial).
Manusia Tidak Bebas Dari Hukum
Karena merasa kebebasannya terganggu maka manusia selalu ingin melawan hukum itu berdasarkan realisme instiktif manusia memang ingin bebas.
Titik Lemah dalam Perkembangan Hukum
Sebaik apapun hukum, tidak bisa menghentikan orang untuk mengingkari hukum. Karena kecenderungan manusia ingin bebas, jadi problemnya ada pada manusia itu sendiri dibangun kesadaran. Untuk itu dibutuhkan etik bukan hanya hukum saja. Karena hukum kita, hukum material bukan hukum spritual dan titik lemah hukum ada pada hukum itu sendiri karena tidak membangun etik dan spritual.
Islam dengan Agama lain dan Islam dengan Sistem Sosial,
Sumber yang paling terpercaya untuk kajian ringkas mengenai munculnya agama-agama adalah Al-Qur’an, sebab kitab suci ini bebas dari jenis kesalahan, keberpihakan, atau tendensi apapun. Ia menjelaskan kepada kita bahwa agama Tuhan, yaitu Islam (“Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah adalah Islam”).
Umat manusia dulu merupakan keturunan satu orang laki-laki dan satu orang perempuan dan nama laki-laki tersebut adalah Adam yang menerima wahyu. Agama Adam adalah agama sederhana yang mengajarkan kebaikan, tidak boleh menumpahkan darah, melakukan kerusakan dan lain-lain. Dengan makin bertambah dan bertumbuhnya keturunan Adam maka mereka hidup berkelompok-kelompok dan tersebar di berbagai daerah. Sehingga terbentuk suku-suku dengan mempunyai pemimpin yang dijadikan panutan dan bahkan sampai pemimpin mereka meninggal dunia dibuatkan patung mereka dan disembah ini awal mulanya berkembang penyembahan berhala.
Sebagaimana kita ketahui dari tradisi-tradisi yang diwariskan turun-temurun oleh para pemimpin agama, dan dikuatkan oleh penuturan sejarah agama kuno, karena adanya penindasan dari kelompok yang kuat terhadap yang lemah, maka timbulah pertentangan dikalangan masyarakat. Pertentangan-pertentangan yang mendasar ini lalu menjadi berbagai bentuk pertentangan sosial.
Disini munculah Islam dengan Risalah kebenaran yang lengkap dari Allah yang melengkapi agama-agama sebelumnya. Sebab dengan datangnya aturan yang baru dan lengkap maka aturan yang lama atau tidak lengkap tidak diperlukan lagi.
Hanya Islam yang disebut Fitra, berbicara tentang Fitra berarti semua metafora-metafora (kekuasaan, kenikmatan, pengetahuan, kekayaan) inilah metafora manusia yang harus bisa dijawab oleh Islam, seadainya Islam tidak bisa menjawab semua metafora itu makan rancu sudah agama Islam dan tidak bisa dipakai, karena tidak bisa menyelesaikan masalah fitra manusia. Tapi islam dengan syariat yang di bawah oleh Nabi Muhammad SAW bisa menjawab itu semua.
Agama lain yang dimaksud disini adalah agama Yahudi dan Kristen, secara sejarah kedua agama ini merupakan agama yang turun dari wahyu Tuhan yang disampaikan oleh Nabi-nabi menyampaikan risalah ketuhanan bahwa semua orang akan kembali pada yang tunggal wujud.
Yahudi dengan Tauratnya dibenarkan oleh Kristen dengan Injilnya dan Injil dibenarkan oleh Islam dengan Al-Qur’an nya. Jadi tiga kitab ini sama-sama mengesakan Tuhan. Dengan tujuannya adalah tauhid maka cita-cita yang dibangun harusnya sama, tidak ada bentrok atau konflik antar agama satu dengan agama lain. Tidak ada bentrok yang mengatas namakan agama, Cuma pemicu meledaknya suatu konflik menjadi besar adalah agama. Namun ternyata akar dari permasalahan yang sebenarnya adalah Sistem Sosial baik bidang politik maupun ekonomi yang salah dan bertentangan dengan ajaran agama Islam, dengan sistem sosial ini banyak pertumpahan darah terjadi didunia.
Setiap negara mengatakan sistem sosial mereka yang terbaik dan ingin menerapkan ke negara yang dianggap lemah namun sebenarnya tujuannya adalah mendapatkan kekayaan (Eksploitasi, Kapitalisme dan Sosialisme) sehingga terjadi perbudakan dan penjajahan sesama manusia, ketiga sistem sosial ini bisa dimasuki oleh orang islam, kristen, dan yahudi yang penting tujuan utama untuk pendapatkan keuntungan yang selalu membuat peperangan, kesengsaraan, kelaparan, dll di dunia.
Inilah yang terjadi sekarang di dunia maupun di negara kita Indonesia banyak orang yang berkedok mengatas namakan agama untuk mendapatkan keuntungan, tidak memihak pada masyarakat. Sudah seharusnya kita membangun etika islam kesadaran akan tanggung jawab sosial pada masyarakat. Karena Islam turun untuk kemasyalatan umat bukan orang, suka, ataupun bangsa tertentu tapi seluruh lapisan masyarakat, negara, suku dan golongan.