BIOGRAFI SINGKAT
IMAM ALI ZAINAL ABIDIN
Imam Ali Zainal
Abidin adalah anak dari Imam Husain bin Ali bin Abi Thalib. Ibunya bernama
Syahar Banu, seorang putri Yazdarij, anak Syahriar, anak Kisra, raja terakhir
kekaisaran Persia. Beliau lhir di Madinah pada tanggal 15 Jumadil Awal 36 H.
Setelah Tragedi
Karbala, Imam Husain sebagai pemimpin umat dan sebagai penerima wasiat Rasul.
Dua tahun pertama di masa kecilnya, beliau berada dipangkuan kakeknya, Imam Ali
bin Abi Thalib. Dan setelah kakeknya berpulang kerahmatullah, beliau diasuh
pamannya, Imam Hasan, sealam delapan tahun. Beliaun mendapat perlakuan yang
sangat istimewah dari pamannya.
Sejak masa
kecilnya, beliau telah menghiasi dirinya dengan sifat-sifat yang terpuji.
Keutamaan budi, ilmu dan ketakwaan telah menyatu dalam dirinya. Beliau dijuluki
As Sajjad, karena kebanyak bersujud.
Sedangkan gelar Zainal Abidin (hiasannya orang-orang yang beribadah) diberikan
pada beliau karena beliau selalu beribadah kepada Allah SWT. Bila akan salat,
wajahnya pucat, badannya gemetar. Ketika ditanya mengapa demikian, jawabannya:
“Engkau tidak mengetahui dihadapan siapa aku berdiri salat dan kepada siapa aku
bermunajat”.
Setelah
kesyahidan Imam Husain beserta saudara-saudaranya, beliau sering kali menangis.
Tangisannya itu bukanlah semata-mata hanya karena kematian keluarganya, namun
karena perbuatan umat Nabi Muhammad saw yang durjana dan aniaya, yang hanya
akan menyebabkan kesengsaraan mereka di dunia dan di akhirat. Bukankah
Rasulullah saw tidak meminta upah apapun kecuali agar umatnya mencintai
keluarganya.
Di saat
keluarganya telah dibantai, penguasa setempat sangat memusuhinya. Misalnya di
zaman Yazid bin Muawiyah beliau dirantai dan dipermalukan di depan umum; di
zaman Abdul Malik, raja dari bani Umayyah, beliau dirantai lagi dan dibawa dari
Damaskus ke Madinah lalu kembali lagi ke Madinah. Akhirnya beliau banyak
menyendiri serta selalu bermunajat kepada Khaliqnya.
Amalannya
dilakukan secara tersembunyi. Setelah wafat, barulah orang-orang mengetahui
amalannya. Sebagaimana datuknya, Ali bin Abi Thalib, beliau memikil tepung dan
roti di punggungnya guna dibagi-bagikan kepada keluarga-keluarga fakir miskin
di Madinah.
Dalam
pergaulannya, beliau sangat ramah bukan hanya kepada kawannya saja melainkan
juga pada lawannya. Dalam bidang ilmu serta pengajaran, meskipun yang berkuasa
saat itu Al Hajjaj bin Yusuf as Tsaqafi, seorang tiran yang kejam yang tidak
segan-segan membunuh para penguasa. Namun, apapun yang dilakukannya, keluarga
Umayyah tidak akan membiarkannya hidup dengan tenang. Dan pada tanggal 25 Muharram
95 H, ketika beliau berada di Madinah, Al Walid bin Abdul Malik bin Marwan
meracuni beliau.
Keagungan beliau
sulit digambarkan dan kata-katanya bak mutiara yang berkilauan. Munajat beliau
terkumpul dalam sebuah kitab yang berjudul Shahifah
as Sajjadiyyah.
No comments:
Post a Comment